Menu

Wah, Presiden Jokowi Dituding Bentuk 'Geng Solo' di Kepolisian RI

Satria Utama 24 Dec 2019, 08:58
Neta S Pane
Neta S Pane

RIAU24.COM -  Indonesia Police Watch (IPW) menilai Presiden Jokowi sedang membangun 'Geng Solo' di Kepolisian RI. Indikasi ini diperkuat dengan ditunjuknya Inspektur Jenderal Polisi Nana Sudjana sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya.

Menurut Ketua Presidium IPW Neta Pane, prestasi Nana relatif biasa dan tidak ada yang menonjol. Namun Nana sudah sejak lama memiliki hubungan dengan Jokowi. Saat Nana menjabat sebagai Kapolresta Solo, Jokowi masih berstatus sebagai Wali Kota. "Tampilnya Nana sebagai Kapolda Metro menunjukkan Jokowi (Presiden Joko Widodo) semakin hendak menonjolkan 'Geng Solo' di Polri," ujarnya seperti dilansir CNN Indonesia, Senin (23/12/2019).

Penilaian IPW terkait 'Geng Solo' juga dipicu sejumlah faktor. Misalnya karier Brigjen Pol Ahmad Lutfi (juga eks Kapolresta Solo) yang meroket hingga menjadi Wakapolda Jawa Tengah. Kemudian yang terbaru adalah penunjukkan Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai Kabareskrim Polri. Diketahui, Listyo sempat menjabat sebagai Kapolresta Solo dan juga sebagai ajudan Jokowi.

Menanggapi tudingan bahwa ada 'Geng Solo', Kepala Kantor Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko memberikan penjelasan. "Gini, seperti saya menjadi panglima, saya mengenali orang-orang yang dulu pernah bekerja dengan saya dan memiliki prestasi yang baik sehingga pada saat terjadi panglima mereka-mereka ini bisa saya tunjuk sebagai asisten saya. Analoginya seperti itulah kira-kira," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/12/2019).

Menurut Moeldoko, tidak mungkin jabatan-jabatan strategis, termasuk di Polri, dipertaruhkan dengan sembarangan menempatkan orang-orang tertentu. "Pasti ada sebuah pertimbangan, kalkulasi-kalkulasi yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan itu memiliki kapasitas untuk bekerja, memiliki loyalitas untuk bekerja, baik loyalitas kepada atasannya maupun loyalitas kepada organisasi dan loyalitas kepada negara," kata Moeldoko.

"Yang ketiga memiliki integritas, memiliki integritas yang baik. Jadi tiga hal itu selalu menjadi perhatian, menjadi pertimbangan bagi seorang pemimpin untuk memilih pembantunya. Nggak mungkin sebuah jabatan yang sangat penting dipertaruhkan dengan cara-cara mendapatkan seseorang yang tidak terbukti hebat di lapangan," lanjutnya. ***

Halaman: Lihat Semua