Menu

Tingkat Turis Menurun Drastis, Pengusaha Muda di Bali Putar Haluan Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup

Devi 21 Dec 2021, 11:26
Foto : Made Yogantara adalah salah satu anak muda yang menemukan cara kreatif untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah runtuhnya pariwisata di Bali [Courtesy of Risyiana Muthia]
Foto : Made Yogantara adalah salah satu anak muda yang menemukan cara kreatif untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah runtuhnya pariwisata di Bali [Courtesy of Risyiana Muthia]

“Belut sawah, khususnya,” kata Abi di sela-sela sesi INKURI, berbicara dengan penuh semangat tentang nilai belut sebagai bahan makanan di komunitasnya. “Orang Bali suka kerupuk belut. Dan itu sangat populer ketika saya tumbuh dewasa, dijual di hampir setiap warung pinggir jalan. Tapi sekarang banyak sawah di Negara telah diubah menjadi bangunan, mereka menjadi semakin langka.”

Kadek Mesy Wulandari, peserta INKURI lainnya, tertarik untuk mengubah limbah kulit jagung di desanya di Klungkung, Bali Timur menjadi biomaterial berkelanjutan. Mesy, 26, yakin idenya bisa membantu anak muda di desanya mencari pekerjaan. “Hampir semua orang di desa – kebanyakan bekerja di kapal pesiar, hotel, restoran – masih menganggur. Kami ingin mengubahnya,” kata Mesy kepada Al Jazeera.

Tetapi setelah beberapa dekade membangun industri ini, Bali kemungkinan akan mengalami perjuangan berat untuk beralih dari pariwisata, menurut pakar industri Gede Sutarya.

“Pada tahun 1971, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjadikan Bali sebagai tujuan wisata internasional. Mereka menyambut investasi asing, membangun banyak sekolah pelatihan perhotelan di pulau itu, dan kemudian melihat target jumlah pariwisata terus meningkat, ”kata Gede kepada Al Jazeera, menjelaskan bahwa kedatangan dari luar negeri menggelembung dari sekitar satu juta pada tahun 1994 menjadi lebih dari enam juta pada tahun 2019. .

“Untuk mengimbangi jumlah yang meningkat, Bali mulai melihat pembangunan jaringan hotel dan kompleks vila asing yang berlebihan, sering kali membahayakan homestay dan usaha kecil milik lokal. Pada tahun 2011, ada moratorium hotel baru di Bali Selatan, tetapi ini tidak banyak berpengaruh.”

Gede mengatakan penduduk akan terus melihat pariwisata sebagai sumber pekerjaan utama sampai pemerintah mengerem maraknya pembangunan hotel dan vila.

Halaman: 234Lihat Semua