Menu

Tahukah Anda, Bakteri Pemakan Plastik Ditemukan: Bisa Jadi Solusi Masalah Sampah

Devi 31 Mar 2022, 15:03
Sampah plastik semakin menjadi ancaman bagi ekosistem di lautan karena jumlahnya yang terus bertambah. (ANTARA)
Sampah plastik semakin menjadi ancaman bagi ekosistem di lautan karena jumlahnya yang terus bertambah. (ANTARA)

Tim peneliti mengungkapkan bahwa bakteri pemakan plastik ini ditemukan ketika mengumpulkan botol plastik di luar fasilitas daur ulang. Pada dasarnya bakteri menghabiskan waktu mereka menyerap bahan organik mati, tetapi bakteri ini malah memakan jenis plastik tertentu yaitu PET.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut para ilmuwan menemukan bahwa bakteri ini menghasilkan dua enzim pencernaan yaitu hidrolisis PET atau PETase. Mereka juga menemukan bahwa kombinasi bakteri yang mampu mengurai tidak hanya polietilen tereftalat (PET), tapi juga plastik yang digunakan untuk membuat tas.

Plastik yang Dapat Dikonsumsi

Setelah penemuan luar biasa bakteri pemakan plastik ini, para ilmuwan melakukan uji coba lagi menggunakan bakteri Ideonella sakaiensis untuk meningkatkan efisiensinya. Salah satu uji coba yaitu dengan melakukan rekayasa genetika bakteri dalam memproduksi enzim seperti E.coli. Enzim tersebut lalu dijadikan pabrik PETase dan selanjutnya mengubah plastik menjadi Vanilin, komponen utama ekstrak biji vanili. Vanilin yang dihasilkan dinilai layak untuk dikonsumsi manusia walau masih diperlukan penelitian lanjutan.

Para peneliti dari University of Postmouth juga melakukan eksperimen terhadap bakteri pemakan plastik dengan merekayasa ulang enzim PETase untuk menghasilkan enzim “koktail” yang diklaim dapat mencerna hingga enam kali lebih cepat.

Kendati penemuan ini menawarkan harapan untuk mengatasi sampah plastik di dunia yang sudah melebihi kapasitas, para ilmuwan mengingatkan bahwa masih butuh banyak waktu untuk pemanfaatan bakteri secara luas. Selain itu, mereka menggarisbawahi enzim PETase sejauh ini hanya mampu menguraikan plastik PET. Sementara, ada enam jenis plastik lainnya yang masih belum bisa diuraikan dengan menggunakan enzim tersebut.

Sambungan berita: Risiko Perubahan Alam
Halaman: 123Lihat Semua