Hajar Aswad, Batu Syurga yang Jadi Rebutan Manusia
Sejak saat itu pula, keberadaan Muhammad bin Abdullah makin dipercaya dan dihormati.
Ahmad Moraei, pakar sejarah dari Universitas Ummul Qura, Mekah mengatakan, pada dasarnya, Hajar Aswad berbentuk satu bongkahan batu berdiameter 30 sentimeter.
Hanya saja, setelah terjadi penjarahan oleh Bani Qarmati pada tahun 317H di saat berlangsungnya ibadah haji. Akhirnya, batu tersebut pecah dan menyisakan delapan bagian.
Pecahan-pecahan tersebut yang hingga kini disatukan dengan bingkai perak dan dipasangkan ke tempat asalnya. Batu itu baru kembali ke tempat semula, setelah 22 tahun berpindah tangan ke penguasa Bani Qarmati, tepatnya pada bulan Dzulqaidah tahun 339H. Sayang, sisa-sisa pecahan batu itu ada yang hilang.
Menurutnya, Bani Qarmati yang dipimpin oleh Abu Thahir al-Qarmati datang ke tanah suci Mekkah dan menginvasi baitullah. Mereka kemudian membunuh lebih dari 70.000 warga hari itu.
Ahmad dengan pongahnya bahkan berkata,“Allah memberi kehidupan kepada manusia dan akulah yang akan mengambilnya.” Mereka kemudian membawa Hajar Aswad ke dalam Kota Ahsa (Bahrain).