Begini Rupanya Sosok Gories Mere, Tokoh yang Disebut-sebut Jadi Target Pembunuh Bayaran

Siswandi 29 May 2019, 12:14
Gories Mere
Gories Mere

RIAU24.COM -  Nama Gories Mere, tiba-tiba saja jadi sorotan.Tepatnya sejak namanya disebut-sebut pihak Kepolisian, sebagai salah satu dari empat tokoh nasional yang menjadi sasaran kelompok pembunuh bayaran.

Meski namanya jarang terdengar, namun ia memiliki jabatan cukup strategis di pemerintahan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Posisi terbaru yang diembannya adalah menjadi Staf Khusus Presiden bidang intelejen. Ia dilantik pada Juli 2016 lalu bersama Diaz Hendropriyono.

Saat diangkat, banyak pihak yang mempertanyakan, karena tugasnya dinilai sama dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Namun, sampai saat ini ia masih menjabat di posisi tersebut.

Dilansir detik dan tribunnews, Selasa 29 Mei 2019, Gories Mere merupakan purnawirawan perwira tinggi Polri. Pangkat terakhir yang dia sandang saat masih aktif di Polri adalah komisaris jenderal polisi (komjen pol) atau jenderal bintang tiga.  Gories pensiun dari kedinasannya di Polri sejak tahun 2012. Gories sendiri merupakan lulusan Akabri Kepolisan pada tahun 1976.

Dari sana, ia lalu melanjutkan di tingkat Sespimpol pada tahun 1992 dan Sesko ABRI di tahun 1998.

Dilansir situs perusahaan Darma Henwa, Gories Mere pernah mengemban berbagai tugas semasa aktif di Kepolisian. Di antaranya Kasatserse Um Dit Serse Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Timur, serta Kadit Serse Polda Jabar.

Ia juga pernah menjabat sebagai Kadit Serse Polda Metro Jaya, Irpolda Nusa Tenggara Timur, Wakapolda Nusa Tenggara Timur, Dirserse Pidana Narkoba Mabes Polri, dan Wakabareskrim Polri.

Pada tahun 2010 Gories Mere menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan gelar jenderal bintang tiga.

Namun yang paling tampaknya adalah, kiprahnya sebagai Perintis Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ia juga disebut sebagai sosok yang berperan mendidikan detasemen khusus ini, hingga akhirnya pernah dipercaya memimpin instansi ini.

Dalam penanganan teroris, Goris memimpin perburuan pelaku bom Bali I yang terjadi pada 2002. Gories juga yang melacak keberadaan teroris asal Malaysia yang menjadi aktor intelektual pengeboman, yaitu Dr Azhari.

Ia juga merupakan mantan Kepala Densus 88 yang dituding menjadi dalang penangkapan terhadap ustaz Abu Bakar Baasyir.

Namanya pernah disebutkan Abu Bakar Baasyir saat disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

"Densus 88 mempunyai pasukan khusus satgas anti bom di bawah komando Gories Mere. Semua saksi-saksi sudah disiapkan dengan tekanan Densus 88. Dalam kasus Aceh ini orang-orang yang jadi saksi saya juga menghadapi siksaan," ungkap Abu Bakar Baasyir, tahun 2011 silam.

Setelah di Densus 88, Gories kemudian dipercaya memimpin Badan Narkotika Nasional (BNN). Meski demikian, Gories dikabarkan tetap aktif pada kegiatan operasi penangkapan teroris.

Seperti pada 2010 lalu, Gories, yang kala itu telah menjadi Kepala BNN, ternyata masih ikut serta dalam penggerebekan teroris di Medan, Sumatera Utara.

Padahal menurut Ketua Badan Pengurus Kontras saat itu, Usman Hamid, keterlibatan Gories dalam operasi tersebut bukan lagi menjadi tanggung jawabnya. Karena hal itu pula,
Usman mengkritik Kapolri waktu itu, Jenderal Pol Da'i Bachtiar.  Menurutnya, jika Gories masih diperlukan di Densus Antiteror, mengapa ditugasi di BNN.

Dilansir dari berbagai sumber, Gories lahir di Flores Timur pada 17 November 1954. Dia merupakan lulusan Akabri tahun angkatan 1976.

Menjadi sasaran pembunuhan juga bukan kali pertama dialami oleh Gories Mere. Saat menjabat sebagai Kepala BNN, Gories Mere pernah dikirimi paket bom. Bom tersebut berupa buku yang ditujukan untuk politisi Partai Demokrat di tahun 2011 tersebut.

Tak hanya di kantor, di rumah ia juga pernah dikirimi paket bom tersebut.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap nama tokoh nasional yang diancam akan dibunuh kelompok perusuh 21-22 Mei. Nama Gories Mere masuk daftar target pengancam.

"(Dari) Pemeriksaan resmi, mereka menyampaikan nama Pak Wiranto, Pak Luhut Menko Maritim, ketiga itu Pak Kabin, keempat Gories Mere," kata Tito dalam jumpa pers belum lama ini di Jakarta. ***