Harga Tiket Pesawat Mahal Jelang Lebaran, Ketua Asita Riau: Bikin Pariwisata Lesu

Riki Ariyanto 3 Jun 2019, 08:23
Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah (foto/int)
Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah (foto/int)

RIAU24.COM - Senin 3 Juni 2019, Kebijakan pemerintah menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) pada harga tiket pesawat ternyata tidak berdampak signifikan. Sejak Desember 2018 hingga saat ini tingginya harga tiket buat arus penumpang dari dan ke Kota Pekanbaru menurun.

Bahkan, jelang Lebaran Idul Fitri 2019 harga tiket cenderung naik hingga mencapai Rp2 juta sampai Rp3 juta untuk kelas ekonomi. Maka tak heran, banyak calon pemudik yang biasanya menggunakan jasa penerbangan kini banyak beralih menggunakan transportasi darat.

Hal itu disampaikan Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Riau, Dede Firmansyah, Senin (3 Juni 2019). Bagi Dede, mahalnya harga tiket tidak hanya memberikan dampak terhadap penjualan tiket pesawat di kalangan travel agen.

Tetapi juga berpengaruh terhadap lesunya berbagai sektor, khususnya dunia pariwisata. "Sejak Desember belum ada penurunan harga sesuai dengan yang diharapkan, artinya masih mahal. Makanya saat ini ada penurunan jumlah pemudik pengguna jasa penerbangan," ujar Dede.

Tak hanya itu, kata Dede, sejumlah travel agen sejak awal tahun ini, banyak mengeluhkan pembatalan paket tour wisata, akibat tingginya harga tiket pesawat.

"Beberapa rekan saya di travel agen mengeluhkan terpaksa membatalkan paket-paket tour wisata, terutama tour ke Jawa, ataupun sebaliknya akibat mahalnya tiket domestik. Tapi ada juga yang mengalihkan tournya ke Singapura dan Malaysia, karena tiketnya jauh lebih murah," ungkap pria yang gemar berkuda ini.

Dijelaskan Dede, kenaikan harga tiket dapat dimaklumi jika terjadi di musim liburan seperti akhir tahun. "Kenaikan itu biasanya dipicu oleh permintaan pengguna jasa penerbangan yang tinggi. Misalnya seperti akhir tahun, itu memang mahal. Tetapi memasuki Januari dan Februari itu pasti turun biasanya, karena permintaan juga kurang. Makanya, saya heran, kok dari Januari sampai sekarang nggak turun-turun. Bahkan ada penerbangan yang katanya low cost carrier, tetapi harga bagasinya mahal," cetus Dede.

Karena itu Dede menawarkan solusi kepada Pemerintah agar membuka rute bagi maskapai Low Cost Carrier (LCC) lain. "Buka saja rute atau izin kepada maskapai kompetitor seperti Air Asia. Maskapai ini sudah terbukti murah dan efisien. Ini salah satu solusi juga yang harus dipertimbangkan pemerintah. Saya yakin, kalau Air Asia dengan slogan maskapai LCC membuat maskapai lain mau tak mau menurunkan harga tiketnya," ucap Dede.

Ditambahkan Dede, ia sudah pernah mendesak Menteri Pariwisata untuk melakukan upaya agar harga tiket pesawat kembali murah, sehingga sektor pariwisata kembali bergairah.

"Saya pernah sampaikan ini langsung ke Menteri Pariwisata, supaya dunia pariwisata kita tidak lesu," tutup Dede.