Pemerintah Mesir Dituduh Sengaja Bunuh Mantan Presidennya Secara Perlahan

Siswandi 18 Jun 2019, 13:20
Mantan Presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimun Mohamed Mursi.
Mantan Presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimun Mohamed Mursi.

RIAU24.COM -  Kematian mantan Presiden Mesir, Mohamed Mursi, langsung menuai reaksi di kalangan masyarakat Mesir. Hal itu setelah ia dikabarkan meninggal dunia saat menjalani persidangan di Kairo, ibukota Mesir. Sebelum meninggal, Mursi sempat pingsan di ruangan sidang.

Salah satu reaksi, langsung datang dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Kelompok yang merupakan tempat Mursi berkiprah, menuding otoritas Mesir "sengaja membunuhnya pelan-pelan".

"Dia (Mursi) ditempatkan di balik kerangkeng kaca (selama persidangan). Tak ada yang bisa mendengar dia atau tahu apa yang terjadi padanya. Dia tidak menerima satu kunjungan pun selama berbulan-bulan atau hampir setahun. Dia sebelumnya mengeluhkan bahwa dia tidak mendapatkan obat-obatannya. Ini adalah pembunuhan terencana. Ini adalah kematian secara perlahan," demikian disampaikan Partai Kebebasan dan Keadilan, yang merupakan sayap politik Ikhwanul Muslimin, dilansir AFP, Selasa 18 Juni 2019.

Seperti dilansir detik, Mursi meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah pingsan di balik kerangkeng terdakwa dalam ruang sidang. Ketika itu, ia tengah menjalani kasus dakwaan mata-mata, pada Senin (17/6) waktu setempat.

"Mereka menempatkannya di sel isolasi... mereka tak memberi pengobatan dan memberinya makanan yang menjijikkan ... mereka tidak memberikan dia hak-hak asasi manusia yang paling dasar," tambah rilis partai tersebut.

Pengacara Mursi, Abdel Moneim Abdel Maksoud mengatakan bahwa kliennya itu akan dimakamkan di distrik Medinat Nasr, Kairo timur. Namun dia belum bisa mengatakan kapan pemakaman akan digelar.

Terpisah, kelompok HAM internasional, Amnesty International mendesak otoritas Mesir untuk menyelidiki kematian Mursi.

"Otoritas Mesir harus segera memerintahkan penyelidikan yang tidak memihak, menyeluruh dan transparan tentang latar belakang kematiannya, serta kondisi penahanannya dan kemampuannya untuk mengakses perawatan medis," demikian pernyataan pihak tersebut.

Sebelum meninggal, keluarga Mursi pernah mengungkapkan sikap pihak berwenang di Mesir, yang berulang kali menolak akses pihak keluarga kepada Mursi. Sehingga pihak keluarga hanya mengetahui sedikit tentang kondisi kesehatan Mursi.

Pemimpin Berani

Dari Turki, sejumlah pejabat juga mengungkapkan rasa belasungka atas kematian Mursi. Mursi dinilai sebagai seorang pemimpin yang memiliki keberanian.

"Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis Muhammad Mursi yang digulingkan melalui kudeta berdarah di depan mata seluruh dunia meninggal di ruang sidang. Semoga dia beristirahat dalam damai," kata Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki Fahrettin Altun melalui akun Twitter-nya, Senin (17/6), dikutip laman Anadolu Agency.

Dilansir republika, Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul juga turut mengutarakan rasa duka atas meninggalnya Mursi melalui Twitter pribadinya. "Saudaraku, kamu bebas! Semoga Anda beristirahat dalam damai! Semoga Allah mengistirahatkan jiwamu!" ujarnya.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan memori tentang perjuangan Mursi tidak akan pudar dengan kepergiannya. "Kudeta menyeretnya pergi dari kekuasaan, tapi ingatan tentangnya tidak akan dihapus dari hati kita. Umat tidak akan melupakan sikap tegasnya. Beristirahatlah dengan tenang Mursi," kata Cavusoglu.

Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop juga menyatakan kesedihan mendalam atas mangkatnya Mursi. "Belasungkawa kepada rakyat Mesir, dunia Islam, dan semua orang yang tertindas. Saya yakin perjuangannya dan hidupnya akan membimbing mereka yang mengikutinya," ucapnya.

"Mursi adalah pemimpin hebat yang memiliki keberanian berdiri di sisi legitimasi. Mursi dipenjara, tapi lebih bebas daripada mereka yang memenjarakannya," kata Sentop. ***