Ungkap Potensi Gempa Luar Biasa di Lombok Buat Resah Masyarakat, Pakar Ini Minta Minta Maaf

Siswandi 15 Jul 2019, 23:55
Salah satu kawasan yang rusak di Lombok setelah gempa yang terjadi tahun 2018 lalu. Foto: int
Salah satu kawasan yang rusak di Lombok setelah gempa yang terjadi tahun 2018 lalu. Foto: int

RIAU24.COM -  Pakar Geologi AS, Profesor Rolland A. Harris, meminta maaf kepada masyarakat di Tanah Air, khususnya masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hal itu setelah presentasinya tentang potensi gempa di Lombok Selatan, dipublikasikan di media massa. Namun pihaknya tak menyangka, hasil presentasi itu malah membuat masyarakat Lombok menjadi resah.

Melalui surat, dia mengucapkan permintaan maaf karena hasil penelitiannya bersama tim membuat rasa takut masyarakat. "Saya meminta maaf atas rasa takut yang disebabkan presentasi saya tekait dengan hasil penelitian kami," ujarnya, dalam surat yang diterima viva, Senin 15 Juli 2019.

Untuk diketahui, presentasi itu disampaikannya saat seminar kegempaan yang digelar di Universitas Nahdlatul Ulama NTB.

Ketika itu, Rolland menyebutkan adanya potensi gempa yang kuat di Selatan Lombok atau yang dikenal dengan zona subduksi. Di sana memiliki lempeng raksasa yang dikenal dengan lempeng Indo-Australia.

Berdasarkan temuan timnya di lapangan, Palung Jawa sampai saat ini belum melepaskan energi yang sudah terkumpul selama 500 tahun. Bila energi itu lepas, diprediksi ada kemungkinan munculnya gempa besar dengan magnitude 8 hingga 9.

"Banyak yang bertanya 'kapan?' Tapi itu adalah pertanyaan yang salah untuk gempa bumi karena tidak mungkin ada yang bisa mengetahui kapan pastinya. Kami hanya ingin memberi tahu potensi gempa bumi di Palung Jawa dan perlu digarisbawahi bahwa palung ini memanjang dari Sumatera di barat sampai Sumba di timur, jadi belum tentu episenter gempa yang dimaksudkan akan terjadi di Lombok," terangnya lagi.

Dengan demikian, pihaknya berharap masyarakat Lombok lebih berfokus pada kesiapsiagaan. "Sebenarnya itulah maksud kedatangan kami ke Lombok, untuk membantu masyarakat memahami risiko dan mengajak untuk meningkatkan kesiapsiagaan," kata Rolland.

Dia menyarankan agar masyarakat menghentikan pembangunan sebuah bangunan dengan material tidak bagus. Pihaknya juga menganjurkan masyarakat menggunakan kayu.

"Tidak satu pun atau sedikit bangunan yang berbahan dasar kayu rusak karena gempa-gempa tahun 2018 di Lombok. Amankan barang-barang yang kemungkinan dapat menimpa anda ketika terjadi gempa," sarannya.

Bagi masyarakat di pesisir pantai, dia menyarankan menggunakan prinsip 20-20-20.

"Ketika merasakan gempa selama lebih dari 20 detik, meskipun tidak besar gempanya, Anda hanus mengevakuasi diri setelah gempa berhenti. Kemungkinan besar tsunarmi akan tiba dalam waktu 20 menit setelah gempa dan kemungkinan ketinggian tsunami akan mencapai 20 meter, jadi harus mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi atau gedung tinggi yang minimal ketinggiannya 20 meter," tambahnya. ***