Putra Ramadhan, Bocah Penderita Kanker Mata Butuh Uluran Tangan

Ramadana 29 Jul 2019, 11:40
Putra Ramadhan (4) bocah kelahiran Sungai Piring, Kecamatan Batang Tuaka penderita kanker mata/rgo
Putra Ramadhan (4) bocah kelahiran Sungai Piring, Kecamatan Batang Tuaka penderita kanker mata/rgo

RIAU24.COM -  TEMBILAHAN - Putra Ramadhan (4) bocah kelahiran Sungai Piring, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir, membutuhkan bantuan dan uluran tangan untuk penyembuhan penyakit kanker mata yang kini dideritanya.

Putra Ramadhan divonis menderita penyakit kanker mata sebelah kanan sejak tiga tahun terakhir. Saat ini ia dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan untuk mendapatkan perawatan.

Setiap bulannya, Putra harus dirujuk ke Kota Pekanbaru untuk kemoterapi. Setidaknya sudah sekitar 25 kali kemoterapi dijalaninya sebagai usaha kesembuhannya.

Putra semata wayang pasangan Dedi dan Leha itu tampak hanya terbaring lemah dengan kondisi tubuh yang sangat memprihatinkan. Sejak satu setengah bulan terakhir Putra tidak lagi bisa berdiri karena bagian kaki dan lututnya mengalami pembengkakan.

Pembengkakan itu sendiri, dijelaskan Dedi merupakan efek dari menyebarnya penyakit yang diderita Putra ke bagian tulang dan sarafnya. Sesekali darah juga terlihat keluar dari bagian mata dan tubuhnya hingga menyebabkan perdarahan.

Dedi menjelaskan, awal mula penyakit yang diderita putranya diketahui bermula dari adanya bercak putih di bagian bola mata sebelah kanan. Waktu itu ia pun sempat membawa putranya ke Puskesmas setempat.

“Kita orang kampung ini kan tidak tau ya hanya berobat kampung saja, karena diagnosa dokter hanya alergi biasa,” jelas Dedisaat di temui di RSUDTembilahan, Minggu.

Selang beberapa waktu, Putra menderita demam panas tinggi dengan kondisi mata memerah hingga menimbulkan benjolan kecil di bagian bola matanya.

Benjolan di mata Putra semakin hari makin membesar. Saat kembali diperiksa Putra pun divonis menderita kanker mata.

Keadaan psikologi bocah empat tahun itu juga tampak tertekan. Tidak jarang emosinya bergejolak karena kondisi yang dialaminya. Dia juga selalu menangis jika melihat orang yang tidak dikenalinya menjenguk dirinya.

“Kalau dia lihat foto-fotonya yang kemarin masih sehat, semua dihapus. Kadang-kadang handpone saya pun ikut dibantingnya, memang gampang marah,” jelas Dedi seraya mengelus Putranya yang sesekali meringis kesakitan.

Berdasarkan pengakuan Dedi, dokter sudah menyarankan agar Putra dibawa keJakarta guna penanganan lebih lanjut. Namun apalah daya kemampuan ekonomi yang terbatas membuat Dedi memilih diam.

“Bukannya saya tidak mau. Jangankan ke Jakarta, untuk ke Pekanbaru saja kita masih mengharapkan bantuan,” tutur Dedi.

Untuk itulah, dia sangat mengharapkan adanya bantuan dan uluran tangan para dermawan dalam meringankan beban yang diderita putranya.

“Saat ini kita cuma berharap bantuan dari Dinas Kesehatan yang menanggung biaya pengobatan Putra di RSUD Tembilahan, kalau di Pekanbaru itu pakai uang kami sendiri. Selanjutnya tentu kami berharap ada bantuan untuk berobat Putra yang setiap bulan harus ke Pekanbaru jika ada rezeki juga pasti kita teruskan pengobatannya ke Jakarta,” harap Dedi.

Dedi sendiri sehari-hari bekerja mengambil upah mengupas kelapa yang penghasilannya tidak menentu, sedangkan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

“Kebun ada, tapi cuma tiga baris. Selebihnya kadang saya mengupas kelapa, kadang-kadang mengambil upah menebas rumput di kebun orang. Sehari bisalah dapat upah sekitar Rp 60-50 ribu per hari,” ucapnya.

Penghasilan yang tidak menentu tentulah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pengobatan Putra, terlebih saat ini kedua orang tuanya harus selalu berada di sampingnya.***


R24/phi/rgo