Dipastikan, Mahasiswa di Kendari Tewas Setelah Dadanya Dihantam Peluru Tajam, Ini Janji Kapolda Sultra

Siswandi 27 Sep 2019, 23:43
Kedatangan jenazah Randy disambut isak tangis keluarganya di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Foto: int
Kedatangan jenazah Randy disambut isak tangis keluarganya di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Foto: int

RIAU24.COM -  Kematian Randy (21), mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra), dipastikan akibat peluru tajam menembus dadanya. Tragedi itu terjadi saat korban bersama ribuan mahasiswa Kendari ikut serta dalam aksi demonstrasi pada Kamis (26/9/2019) kemarin.

Terkait hal itu, Kapolda Sultra Brigjen Pol Iriyanto berjanji akan mengusut tuntas kasus itu. Namun pihaknya minta waktu untuk proses pendalaman kasus itu.

“Iya. Hasil otopsi luka tembak dari peluru tajam,” kata Iriyanto didampingi Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt dan Direktur Reskrim Umum Kombes Asep Taufik saat konferensi pers di aula Dhachara Mapolda Sultra, Jumat 27 September 2019.

Dilansir kompas, untuk mengetahui jenis peluru yang menembus dada korban, pihaknya telah membentuk tim gabungan investigasi. Karena proyektil tak ditemukan pada tubuh korban, pihaknya akan melakukan uji scientific untuk mengetahui jenis peluru yang menembus dada Randi.

Iriyanto menegaskan, dalam pengamanan unjuk rasa tidak boleh menggunakan peluru karet, apalagi peluru tajam dan sudah ada Standar Operasional (SOP).

"Sebelum pengamanan dilakukan, kami menyampaikan SOP, kita cek, cek, cek. Jangan sampai pengamanan anggota ini tidak sesuai standar operasional prosedur (SOP),” tegasnya.

Ia juga menegaskan, pihaknya tetap bertanggung jawab dalam proses pengamanan penyampaian aspirasi yang mengakibatkan Randi dan Yusuf meninggal dunia. Oleh karena itu, ia meminta waktu untuk mengusut kasus ini.

“Percayalah dan memberikan waktu kepada kami untuk menyelidiki, mengungkap siapa pelaku yang menyebabkan dua mahasiswa meninggalkan dunia. Dan jika ada anggota kami yang terbukti melakukannya akan diproses hukum melalui peradilan umum," ujarnya.

Diganti
Sementara itu, Brigjen Iriyanto termasuk salah satu Kapolda yang dimutai secara mendadak pada Jumat sore tadi. Selain Iriyanto, Kapolda Riau dan Papua juga ikut dimutasi.

Mutasi ketiga Kapolda tersebut tertuang dalam surat telegram Kapolri Nomor: ST/2569/IX/KEP/2019 ter tanggal Jumat 27 September 2019 yang ditandatangani AS SDM Kapolri Irjen Eko Indra Heri S.

Brigjen Irianto dimutasi jadi Irwil III Itwasum Polri. Posisinya akan diisi Brigjen Merdisyam.

Sedangkan Kapolda Riau Irjen Widodo Eko Prihastopo dimutasikan ke Pati Baintelkam yang  penugasan di BIN. Sebagai penggantinya adalah Irjen Agung Setya Imam Effendi yang sebelumnya bertugas di Pati Baintelkam Mabes Polri.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja dimutasi menjadi Analisa Kebijakan Utama Bidang Sabhara Baharkam Polri. Posisinya diganti oleh Irjen Paulus Waterpau. ***