Bikin Prihatin, Ternyata Seperti Ini Dalamnya Trauma yang Dirasakan Pengungsi Wamena

Siswandi 1 Oct 2019, 10:47
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpau mendengar kesaksian Fuad, Warga Wamena yang kini mengungsi di Jayapura. Foto: int
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpau mendengar kesaksian Fuad, Warga Wamena yang kini mengungsi di Jayapura. Foto: int

RIAU24.COM -  Rusuh disertai aksi anarkis yang terjadi di Wamena, Papua, pada 23 September 2019 lalu, benar-benar menyisakan trauma yang mendalam bagi masyarakat asli mau pun pendatang di kota itu. Hal itu yang membuat arus eksodus masyarakat dari Wamena ke luar daerah, terus berlanjut hingga saat ini. Jumlahnya telah mencapai ribuan orang.

Hal itu juga yang menjadi perhatian serius Kapolda Papua, Irjen Paulus Waterpau. Pada Selasa 1 Oktober 2019 pagi tadi, pria yang baru dilantik jadi Kapolda Papua pada Senin (30/0/2019) kemarin, menyempatkan diri untuk berdialog langsung di beberapa titik pengungsian warga Wamena yang ada di Kota Jayapura.

Dilansir kompas, selain untuk mengetahui langsung kondisi mereka, dialog dengan para pengungsi juga digunakan Kapolda Papua untuk membujuk para pengungsi agar kembali ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Namun kebanyakan menolak untuk kembali pada saat ini. Pasalnya, trauma yang mereka rasakan sudah demikian dalam.

Salah satu tempat penampungan yang dikunjungi Kapolda Papua adalah Masjid Al-Aqso. Di tempat ini Paulus mendatangi pengungsi dan mengajak mereka berbincang.

Namun, saat ia menanyakan apakah para pengungsi mau kembali ke Wamena, rata-rata jawaban yang diberikan pengungsi adalah sama. Mereka baru berencana kembali ke Wamena, bila situasinya sudah kondusif dan pembangunan telah berjalan.

Pengakuan itu, salah satunya dilontarkan Riyami (51). Ia mengaku belum mau kembali ke Wamena karena masih trauma. Selama menjadi warga Wamena, Riyami membuka kios kelontong. Saat ini, ia mengaku ingin kembali ke kampungnya di Surabaya, Jawa Timur.

"Belum tahu karena masih trauma, saya kalau lihat api, pedang, sekarang jadi takut," ungkapnya.

Pakai Baju Seragam Tapi Jenggotan
Pengakuan senada juga dilontarkanpengungsi lainnya Fuad. Selain mengaku masih trauma., pria asal Jember , Jawa Timur itu mengaku melihat  langsung para perusuh yang menggunakan seragam SMA namun penampilan fisiknya jauh lebih tua.

"Pelaku pakai baju SMA tapi jenggotan, bajunya kelihatan tidak muat," ungkapnya kepada Kapolda Papua.

Ditambahkannya, ia sudah 20 tahun tinggal di Wamena. Meski sudah cukup lama, namun rusuh baru-baru ini benar-benar membuat dirinya dan keluarga jadi trauma.

"Sementara mau kembali ke kampung dulu untuk menghilangkan trauma dulu," katanya.

Meski demikian, Fuad mengaku masih ingin kembali ke Wamena saat situasi sudah kondusif.

Sebelumnya, pendataan terhadap dampak rusuh di Wamena terus dilakukan. Dituturkan Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Akmal, sejauh ini pihaknya telah mengantongi sejumlah data. Di antaranya, jumlah kendaraan roda 4 dan enam yang terbakar mencapai 224 unit ditambah sepeda motor sebanyak 150 unit. Selain itu, rusuh juga membuat 465 ruko dan 165 unit rumah hangus akibat dibakar. ***