Pelantikan Presiden Besok Aman? Pengamat Nilai Aparat Tetap Harus Ekstra Waspada

Riki Ariyanto 19 Oct 2019, 18:25
Diskusi publik yang digelar Indonesia Public Institute (IPI)  dengan tema 'Optimiskah Pelantikan Presiden Aman?' yang digelar di Jakarta (foto/bisma)
Diskusi publik yang digelar Indonesia Public Institute (IPI)  dengan tema 'Optimiskah Pelantikan Presiden Aman?' yang digelar di Jakarta (foto/bisma)

RIAU24.COM -  JAKARTA- Momen penting pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada besok hari, 20 Oktober 2019, diprediksikan akan berjalan dengan aman. Hanya saja TNI-Polri serta masyarakat jangan sampai lengah menjaga kewaspadaan.

Hal itulah yang tergambarkan dalam diskusi publik yang digelar Indonesia Public Institute (IPI)  dengan tema 'Optimiskah Pelantikan Presiden Aman?' yang digelar di Jakarta, Sabtu (19 Oktober 2019).

zxc1

Menurut Direktur Pusat Studi Politik dan Keamanan UNPAD, Muradi, ada empat alasan yang menjadi Pelantikan, Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amien akan aman terkendali.

"Pertama titik kulminasi massa sudah selesai pada tanggal 30 sampai tanggal 1 Oktober yang lalu. Sehingga tidak akan ada lagi kulminasi massa di Jakarta," tuturnya.

Kemudian, yang kedua adanya ancaman teror dalam tiga bulan terakhir sudah ada penyisiran, sehingga potensi akan aksi bom dan sebagainya masih kecil.

"Ketiga secara politik, konsolidasi politiknya juga sudah selesai, dan hanya 1 partai saja yang di luar pemerintahan," tuturnya.

zxc2

Dan yang terakhir kata Mulyadi,
sudut pemberitaan dari  pola media mainstream sudah tidak terpolarisasi lagi. "Sehingga targetnya bukan untuk menggagalkan pelantikan tetapi hanya untuk mengkritisi," jelasnya.

Muradi pun menambahkan, bila memang akan terjadi sesuatu maka tidak berada di wilayah pelantikan kursi RI1 dan RI2 itu digelar.

"Tetapi harus diingat bila ada oknum yang berusaha melakukan penggagalan pelantik maka yang marah tidak hanya polisi saja, tetapi yang paling utama adalah TNI. Karena ini adalah hajatnya TNI," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pengamat Sosial UI, Devie Rahmawati yang menyebutkan, tidak   melihat ada hal yang besar yang dapat menganggu proses pelantikan presiden. "Apalagi para elit politik sudah berdamai maka aspek sosial  bisa teredam," jelasnya.

Namun, Devie mengingatkan agar pihak keamanan tetap menjaga kewaspadaan apalagi kemarahan atau angry ditengah-tengah  masyarakat diakibatkan banyaknya informasi hoax.

"Sebab, berbagai konflik yang ada di Indonesia, banyak disebabkan oleh hadirnya hoax. Itu Problemnya di era teknologi saat ini, penyebaran hoax semakin mudah," terangnya.

Hal ini pun dikuatkan oleh Peneliti Ketahanan Nasional IPI Yulis Susilawaty, yang menyebutkan,  berdasarkan data terakhir yang dia lihat pelantikan dan stabilitas negara dapat berjalan dengan aman. "Optimis aman, Stabilitas negara kita juga cukup terjaga." kata Yulis.

Sementara itu, salah satu mantan Napi teroris Nasir Abbas menyebutkan, lantikan bisa berjalan tidak aman.Sebab aksi yang dianggapnya sebagai radikalisme berbicara ditataran paham. Bukan di wilayah politik.

Karena menurutnya, faham yang ditanamkan dalam kelompok radikalisme dan ekstrimisme adalah keharusan untuk melakukan gerakan. "Dan sekarang ini tidak lagi berafiliasi kepada kelompok melainkan kepada orang per orang. Dan mereka menganggap bahwa selama Indonesia bukan negara Islam maka pemerintah adalah musuh utama," jelasnya.

Nasir pun menyebutkan, keberadaan kelompok ini adalah menunggu sebuah momen untuk menunjukan bahwa mereka masih eksis.

"Jadi ini ancaman, dan karena ancaman ini kita tidak boleh merasa aman, jadi harus tetap waspada. Analisanya, bagi mereka apapun yang bisa mereka capai, akan mereka capai. inilah yang membuat kita harus hati-hati, Pelantikan bisa berlaku tidak aman, artinya harus waspada," tandasnya.

Sedangkan pengamat Intelijen,
Stanislaus Riyanta menyebutkan, yang harus diwaspadai adalah di luar Jakarta.

"Karena kalau Jakarta saya yakin aman kalaupun ada kemauan untuk menggagalkan pelantikan Jokowi tetapi kemampuannya tidak cukup mampu menggagalkan pelantikan tersebut," tandasnya. (R24/Bisma)