Untuk Lindungi al-Baghdadi ISIS Bayar Musuh Hampir Rp1 Miliar

Riko 2 Nov 2019, 21:08
Al-Baghdadi
Al-Baghdadi

RIAU24.COM -  Kelompok teroris ISIS diketahui membayar kelompok musuh sekitar USD67. 000 atau 937 juta atau hampir Rp1 miliar untuk melindungi pimpinanya Abu Bakr al-Baghdadi selama bersembunyi do Barisha,  Idlib Suriah. 

Angka pembayaran itu diungkap New York Times dalam laporan panjangnya, Kamis lalu. Para investigator menemukan tanda terima pembayaran itu beberapa hari setelah operasi pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang berujung pada kematian al-Baghdadi pada Sabtu pekan lalu.

Kelompok musuh yang dibayar ISIS itu adalah Hurras al Din, sebuah kelompok yang terkait dengan al-Qaida. Dalam beberapa tahun terakhir Idlib telah menjadi rumah bagi sejumlah kelompok bersenjata yang memusuhi Islamic State of Iraq and Syria/Levant (ISIS atau ISIL), namun anggota ISIS justru menemukan tempat yang aman di sana. Pada akhirnya, bukan kelompok Hurras al Din tapi orang dalam ISIS sendiri yang mengkhianati al-Baghdadi.

Orang dalam ISIS yang berkhianat itu "dibudidayakan" sebagai aset oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), kelompok milisi mayoritas Kurdi yang menjadi sekutu AS dalam menghancurkan kelompok teroris itu.

Para pemimpin SDF kemudian menyerahkan kendali agennya tersebut kepada agen intelijen AS, yang kemudian menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk memeriksanya sampai intelijen AS yakin bahwa sosok al-Baghdadi yang jejaknya dibocorkan itu benar-benar akurat. 

Upaya berbulan-bulan untuk mengeksploitasi terobosan intelijen dimulai pada musim panas, tetapi hanya dalam sebulan terakhir kiat informan mengarah pada peluang bagi pasukan AS untuk bertindak.

"Diperkirakan cukup lama bahwa orang tersebut memiliki kunci," kata seorang pejabat AS yang mengetahui informasi tersebut. "Itu hanya benar-benar serius menjadi jelas dalam beberapa minggu terakhir."

The Washington Post sebelumnya melaporkan kontribusi dari operasi ISIL yang tidak puas dalam mengungkap lokasi tempat persembunyian al-Baghdadi. Pemimpin SDF Jenderal Mazloum Abdi mengatakan kepada NBC News pada hari Senin bahwa salah satu informan organisasinya telah membantu memimpin orang Amerika ke kompleks persembunyian al-Baghdadi, dan mengatakan barang-barang pribadi, termasuk sepasang celana dalam, dicuri dari kompleks itu untuk pengujian DNA guna mengonfirmasi kehadiran al-Baghdadi di bangunan itu akurat.

Baik Pentagon maupun Gedung Putih tidak secara resmi mengomentari keberadaan mata-mata "tingkat tinggi" di dalam misi untuk membunuh atau menangkap al-Baghdadi.