Dubes Israel Hanya Bisa Melongo Saat Ditinggal Mahasiswa Harvard Ramai-ramai

Siswandi 18 Nov 2019, 13:28
Suasana di salah satu ruangan kuliah umum Kampus Harvard yang tampak sepi saat Dubes Israel hendak memberikan kuliah umum. Foto: int
Suasana di salah satu ruangan kuliah umum Kampus Harvard yang tampak sepi saat Dubes Israel hendak memberikan kuliah umum. Foto: int

RIAU24.COM -  Sebuah pemandangan yang sangat jarang terjadi, berlangsung di Kampus Universitas Harvard, New York, AS baru-baru ini. Ketika itu, para mahasiswa kampus hukum ternama di dunia ini beramai-ramai membubarkan diri dari sesi kuliah umum. Rencananya, kuliah umum itu akan diisi Duta Besar Israel untuk New York, Dani Dayan. Sedangkan materi yang akan disampaikan adalah Strategi Hukum Pemukiman Israel.

Saat ini, rekaman video yang memperlihatkan aksi para mahasiswa itu juga sudah mulai viral di media sosial. Dalam rekaman itu, Dani tampak tak bisa berbuat apa-apa, saat mahasiswa beramai-ramai meninggalkan ruangan, tempat ia akan mengisi kuliah umum. 

Dilansir liputan6 yang mengutip Arab News, Sabtu (16/11/2019), saat membubarkan diri, para mahasiswa memegang poster yang bertuliskan "Pendudukan adalah kejahatan perang". Saat Dani memulai kuliahnya, para mahasiwa pun pergi meninggalkan ruangan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 

Meski tak bisa berbuat apa-apa, Dayan sendiri, tampaknya tak bisa menahan emosi akibat peristiwa itu. Diduga, saking kesalnya, ia sempat menyebut para mahasiswa pengunjuk rasa itu adalah "sekelompok pecundang". Pernyataan itu dilontarkannya dalam sebuah twit setelah sesi kuliah yang ditinggalkan para mahasiswa tersebut.

Seorang mahasiswa Harvard menggambarkan aksi walk out itu dalam sebuah status di Twitter.

"100+ siswa di @Harvard_Law keluar dari sebuah pembicaraan yang menjadi tuan rumah pemimpin pemukim ekstremis, dan Konsulat Jenderal Israel saat ini di New York, Dani Dayon. Dayon dibiarkan berbicara di ruangan yang hampir kosong," tulis Hamzah Raza di akun @raza_hamzah pada 13 November.

Dikecam 
Terkait hal itu, banyak pengguna media sosial, termasuk para aktivis, mengkritik undangan Harvard kepada Penasihat Israel untuk menyampaikan pidato di tengah serangan terbaru Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

Dilansir suarahidayatullah, sejak 2007, Jalur Gaza berada di bawah blokade Israel sehingga melumpuhkan dan menghancurkan ekonomi masyarakat Palestina yang bermukim di kawasan itu. Di kantong yang sudah lama diembargo, situasi kemanusiaan semakin memburuk dari hari ke hari.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) sebelumnya mengatakan, sekarang ada sekitar 620.000 warga Gaza yang hidup dalam kemiskinan, yang berarti mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan pokok mereka dan yang harus bertahan hidup dengan 1,6 Dolar AS (Rp 22.515) perhari, dan hampir 390.000 orang miskin absolut. ***