Geology Trip Bersama Chevron, Menyusuri Jejak Minyak Yang Terbentuk di dalam Perut Bumi

Satria Utama 9 Dec 2019, 14:40
 Earth Scientist PT CPI Agus Susianto menjelaskan singkapan batuan yang berada di perut bumi
Earth Scientist PT CPI Agus Susianto menjelaskan singkapan batuan yang berada di perut bumi

RIAU24.COM - PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi minyak terkemuka di dunia. Perusahaan ini telah berhasil mengangkat banyak sekali minyak yang tersembunyi di dalam perut bumi, baik di daratan maupun laut dalam.

Pekerjaan menambang minyak tentu bukan pekerjaan mudah. Ada proses panjang yang harus dilakukan untuk mengetahui keberadaan minyak yang terperangkap di perut bumi. Dibutuhkan orang-orang yang sangat ahli dalam melihat tanda-tanda keberadaan minyak dengan melakukan observasi kondisi alam di atas permukaan bumi. Mereka adalah para ahli geologi.

Untuk memberikan gambaran seperti apa para ahli geologi mengamati alam dalam menyusuri jejak asal muasal minyak bumi, PT CPI mengajak 14 wartawan di Riau mengikuti kegiatan Geology Trip yang berlangsung pada tanggal 6-8 Desember lalu. Geology Trip menempuh rute Pekanbaru- Sumatera Barat.

Dalam trip ini, PT CPI membawa serta Earth Scientist PT CPI Agus Susianto, Azarico Putra, dan Irdas Muswar yang sepanjang perjalanan memberikan penjelasan mengenai sejarah bebatuan dan hubungannya dengan keberadaan minyak bumi. Manager Corporate communication PT CPI, Sonitha Poernomo beserta tim Media & Communication Specialist juga turut serta dalam perjalanan ini.

Mengapa harus ke Sumatera Barat? Menurut Agus Sumatera Barat merupakan daerah yang memiliki daerah-daerah yang mampu menggambarkan kondisi bumi di masa lalu.

"The Present is The Key to The Past," kata Agus. "Kalimat ini mengandung makna, apa yang kita lihat saat ini di atas dunia sesungguhnya merupakan kunci untuk memahami bagaimana bumi terbentuk dan berproses di masa lalu," sambungnya.

Di Sumatera Barat, lanjutnya, banyak ditemui singkapan-singkapan bebatuan yang terbentuk puluhan bahkan ratusan juta tahun lalu."Lapisan-lapisan bebatuan tersebut sama dengan lapisan yang ada di perut bumi Riau tempat minyak bumi berada. Sehingga kita dapat melihat secara langsung seperti apa sebenarnya kondisi bebatuan di dalam bumi tersebut," jelasnya.

Namun, di Riau sendiri juga ada beberapa lokasi singkapan bebatuan yang dapat dilihat dengan jelas. Di Bangkinang misalnya, ada singkapan Formasi Petani.  Formasi Petani yang ada di bawah permukaan berfungsi sebagai timbunan dan juga sebagai batuan tudung dari sistem hidrokarbon di Cekungan Sumatra Tengah.

Di daerah dekat PLT Koto Panjang, rombongan Geology Trip dapat melihat contoh singkapan basemen atau batuan dasar di cekungan Sumatra Tengah yang berfungsi sebagai alas cekungan. "Batuan ini berasal dari Gondwana Land yakni dulu pada saat batuan terbentuk masih menyatu dengan benua Australia. Batuan ini kemudian bergerak ke daerah katulistiwa pada umur Jurassic hingga Cretaceous," jelas Agus.

Rombongan kemudian diajak melihat singkapan batuan Grup Sihapas yang muncul di permukaan. Grup Sihapas ini terdiri dari gabungan kelompok formasi batuan sedimen yang diendapkan pada umur awal Miocene di lingkungan laut dangkal yang didominasi oleh lapisan lapisan batupasir kuarsa berukuran halus hingga kasar.

Di Lembah Harau, Agus Susianto memaparkan singkapan batuan terdiri dari Formasi Brani yang diperkirakan diendapkan pada Umur Eocene. Formasi ini ditafsirkan sebagai unit batuan sedimen alluvial fan dan fan delta (delta kipas) yang masuk ke dalam sebuah danau di cekungan Payakumbuh hingga Ombilin. Singkapan ini diduga memiliki kemiripan dengan formasi Lower Red Bed yang berada di Cekungan Sumatra Tengah di Riau. Batupasir dari formasi Brani mungkin bisa berfungsi sebagai reservoar.

Pada hari kedua pengamatan dilakukan di Padang Gantiang Granite Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Di lokasi ini rombongan melihat hamparan batu granite yang sudah lapuk."Batu granite ini sudah lapuk, di bagian dalam bisa saja masih muda dan bisa digunakan untuk pembuatan granite yang kita temui di pasaran. Jadi di lokasi ini nilai ekonominya tinggi" ujar Agus Susianto.

Tak berapa jauh dari gerbang Kota Sawahlunto, rombongan Geology Trip juga diajak melihat Chevron Fold, yakni formasi batuan yang terlipat dengan tajam persis seperti logo perusahaan Chevron. Di lokasi ini terlihat batuan terlipat hingga membentuk sudut 60 derjat dan berputar lagi seperti membentuk pola zigzag.

Rombongan juga diajak mengunjungi bekas tambang Batu Bara Loebang Mbah Soero di Kota Sawahluto. di tempat ini Agus Susianto memaparkan proses pembentukan batu bara dan mineral lainnya seperti emas, tembaga dan lain sebagainya.

Perjalan kemudian dilanjutkan menuju Puncak Arifan. Dari tempat ini terlihat jelas hamparan Danau Singkarak di areal lembah yang sangat luas ini. Di atas ketinggian ini, Agus menjelaskan proses pembentukan danau Singkarak itu.

"Danau Singkarak terbentuk akibat proses tektonik akibat pergeseran dua lempeng yang gerakannya saling berlawanan sehingga membentuk cekungan berupa danau yang kita kenal saat ini.Pergeseran ini berlangsung sangat lama, memakan waktu hingga jutaan tahun," jelasnya.

Di hari terakhir rombongan Geology Trip mengunjungi Ngarai Sianok, sebuah lembah yang terbentuk akibat letusan Gunung Manijau jutaan tahun lalu. Lembah-lembah yang terbentuk akibat erosi oleh air yang berlangsung secara terus menerus selama jutaan tahun.

"Lembah yang sangat indah ini awalnya adalah bukit tumpukan abu vukanis, lembah-lembah yang ada terbentuk akibat goresan air yang berlangsung secara terus menerus,''ujar Agus Susianto menutup presentasinya sambil memutar sebuah video yang menggambarkan bagaimana pula Sumatera terbentuk.

Manager Corporate communication PT CPI, Sonitha Poernomo di akhir kegiatan menyampaikan apresiasinya kepada para peserta Geology Trip yang sangat antusias menyimak pemaparan Tim Geologi Chevron selama perjalanan. "Semoga apa yang disampaikan Pak Agus dan tim dapat memberikan gambaran seperti apa proses terbentuknya minyak bumi dan bagaiman kondisi di dalam perut bumi yang tentu saja tak bisa kita lihat langsung di lokasi pengeboran minyak," harap Sonitha.

Saparudin Koto, salah seorang wartawan yang mengikuti kegiatan ini mengaku sangat puas karena banyak mendapat wawasan baru mengenai asal muasal bumi dan terjadinya minyak bumi. "Selama ini kita memang sudah sering mendengar pemaparan tentang eksplorasi minya bumi, namun di perjalanan ini kita dapat langsung melihat dan menyentuh seperti apa sesungguhnya lapisan bebatuan di dalam bumi yang dibawahnya terperangkap minyak bumi seperti yang ditambang PT Chevron selama ini," ujarnya.