Mengutip WHO, IDI Sebut Virus Corona Bukan Penyebab Tunggal Kematian, Ini Penjelasananya

Ryan Edi Saputra 26 Jan 2020, 22:20
Ilustrasi virus
Ilustrasi virus

RIAU24.COM - JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng Mohammad Faqih mengatakan hingga saat ini belum ada laporan yang menyebutkan bahwa Novel Coronavirus atau 2019-nCoV atau dikenal Virus Corona, menjadi penyebab tunggal kematian para korban. Virus ini baru pertama kali merebak di pusat kota Wuhan, China.

Melansir merdeka.com. Dia menjelaskan, pasien yang meninggal tidak hanya terinfeksi Virus Corona. Tapi ada penyakit lain yang diderita.

Sudah ada kasus kematian, tapi yang dilaporkan kasus kematiannya kemarin berdasarkan laporan terakhir WHO (organisasi Kesehatan Dunia) itu penyebabnya bukan tunggal karena virus (2019-nCoV). Itu karena yang bersangkutan yang terinfeksi virus itu dia sudah disertai penyakit yang lain," kata Daeng seperti dilansir Antara di Minggu (26/1).

Daeng menjelaskan, orang yang sedang menderita penyakit tertentu, kemudian terinfeksi dengan virus corona, maka kondisinya akan semakin parah. Hingga menyebabkan kematian terhadap orang itu.

"Virus dan penyakit lain yang bersamaan itu saling memperberat. Kalau kasus tunggal karena penyakit (virus corona 2019-nCoV) itu saja, itu belum dilaporkan," tutur Daeng.

Menurutnya, di antara kematian pasien yang terjangkit virus corona, ada yang memang memiliki penyakit lain seperti diabetes dan gagal ginjal. Karena terinfeksi virus corona, kondisi tubuh pasien bertambah parah.

Oleh karenanya, para pakar sedang meneliti terkait ada tidaknya kematian yang secara tunggal disebabkan infeksi virus corona. Lebih dari 2.000 orang di seluruh dunia tertular virus corona jenis baru tersebut, yang sebagian besar di China, dan sebanyak 56 orang di China meninggal karena wabah tersebut.

Pada Minggu (26/1), China memastikan hingga 25 Januari ada 1.975 kasus pasien yang tertular virus corona baru sementara jumlah korban meninggal telah mencapai 56 orang.

Virus corona sebenarnya banyak didapati di hewan. Sementara, awalnya yang terinfeksi virus corona 2019-nCoV di Wuhan, China, banyak yang menderita penyakit itu setelah makan sup ular. Tapi ditengarai kalelawar pun punya virus itu dan bisa menularkannya. Untuk itu, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menemukan hewan pembawa virus itu.

"Khusus kejadian yang Wuhan itu kasusnya memakan sup ular yang mengandung virus itu," ujar Daeng.

Virus corona itu kemudian mewabah, dan korban terjangkit virus makin bertambah. Penularan virus 2019-nCoV tidak hanya dari hewan ke manusia tapi juga bisa antarmanusia, sehingga penyebarannya cepat.

Untuk itu, pola hidup bersih dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi virus corona harus dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan agar tidak tertular virus itu. ***