Setujui Rencana Perdamaian Timur Tengah Versi Trump, Presiden Erdogan Sebut Arab Saudi Serta UEA Pengkhianat

Riki Ariyanto 1 Feb 2020, 10:53
Presiden Turki Erdogan berang dan sebut negara Arab pengkhianat gara-gara setuju dengan Trump soal Yerusalem (foto/int)
Presiden Turki Erdogan berang dan sebut negara Arab pengkhianat gara-gara setuju dengan Trump soal Yerusalem (foto/int)

RIAU24.COM - Sabtu 1 Februari 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berang dan kecam beberapa negara Arab. Hal itu disebabkan negara seperti Arab Saudi juga Uni Emirat Arab (UEA) mendukung wacana perdamaian Timur Tengah usulan Presiden Amerika Donald Trump.

zxc1

Dilansir dari Inews, Presiden Turki itu dengan tegas sebut negara-negara Arab itu 'pengkhianat' kepada Palestina. "Beberapa negara Arab yang mendukung rencana semacam itu telah berkhianat terhadap Yerusalem, terhadap rakyat mereka sendiri, dan yang lebih penting terhadap semua umat manusia," sebut Presiden Turki Erdogan, di Ankara Jumat (31/1/2020), seperti dikutip dari AFP.

Pernyataan keras Presiden Turki Erdogan itu ditujukan kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Oman, yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS). "Arab Saudi khususnya, Anda diam. Kapan Anda akan memecah keheningan? Anda sama dengan Oman, Bahrain, dan Abu Dhabi (Uni Emirat Arab)," sebut Erdogan.

zxc2

Bagi Presiden Turki Erdogan, Yerusalem adalah lokasi suci bagi umat Islam, bukan untuk diserahkan dengan gampangnya ke zionis Israel. "Kami tidak pernah mengakui dan menerima rencana (perdamaian) yang merampas Yerusalem sepenuhnya. Yerusalem tidak bisa diserahkan pada cakar berdarah Israel," sebut Presiden Turki Erdogan.

Presiden Turki Erdogan ingatkan bahwa setiap orang akan bertanggung jawab atas konsekuensi besar yang mereka ambil untuk mendukung Israel. Lebih lanjut Presiden Turki Erdogan akan berbicara langsung dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas serta pemimpin Hamas Ismail Haniya.

Sebagai informasi hubungan Negara Turki dengan Arab Saudi hingga Uni Emirat Arab (UEA) memburuk sejak pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di kantor konsulat di Istanbul pada Oktober 2018. Otoritas Turki berulang kali mengungkapkan bahwa kontributor Washington Post itu telah mati dibunuh atas perintah pejabat Arab Saudi, meski hal tersebut dibantah pihak kerajaan.

Tensi semakin meningkat juga sejak rencana Turki bakal kirim pasukan ke Libya. Turki mendukung pemerintahan Libya yang diakui PBB, sementara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) mendukung komandan Khalifa Haftar, yang kini menguasai tiga perempat wilayah Libya.

Seperti yang ramai diberitakan Presiden AS Donald Trump pada Selasa lalu mengumumkan rincian rencana perdamaian Timur Tengah. Rencana itu bertujuan menyelesaikan konflik Israel-Palestina, dengan penekanan Yerusalem akan jadi ibu kota Israel dan tak bisa dibagi-bagi dengan Palestina. Hal itu yang kemudian memicu protes keras Palestina, juga bagi umat muslim dunia umumnya. (Riki)