Benar-benar Miris, Perawat di New York Terpaksa Gunakan Kantong Sampah Untuk Pakaian Pelindung Saat Rawat Pasien Corona

Siswandi 27 Mar 2020, 14:20
Perawat di Rumah Sakit Mount Sinai West, New York, terpaksa menggunakan kantong sampah untuk pakaian pelindung diri saat menani pasien virus Corona.  Foto: int
Perawat di Rumah Sakit Mount Sinai West, New York, terpaksa menggunakan kantong sampah untuk pakaian pelindung diri saat menani pasien virus Corona. Foto: int

RIAU24.COM -  Benar-enar miris, begitu nasib yang dialami para perawat yang bekerja di Rumah Sakit Mount Sinai West, New York. Mereka terpaksa menggunakan plastik untuk kantong sampah untuk pakaian pelindung, saat merawat pasien virus Corona. Pasalnya, alat pelindung diri (APD) yang tersedia di tempat sudah kritis dan tidak tersedia lagi. Sebuah kondisi yang benar-benar membuat prihatin, apalagi terjadi di negara yang disebut memiliki segalanya. 

Dilansir tempo yang merangkum thenewyorkpost, Jumat 27 Maret 2020, kondisi itu mulai terungkap melalui sebuah foto yang dibagikan di Facebook. Dalam foto itu, tampak tiga orang perawat di Rumah Sakit Mount Sinai West berpose di lorong rumah sakit. 

Namun yang membuat miris, ketiga tampak memakai kantong plastik hitam besar yang dibuat menjadi pakaian pelindung sementara. Biasanya, kantong plastik hitam besar itu digunakan untuk tempat menampung sampah! 

Salah satu dari mereka bahkan memegang kotak terbuka berisi 20 kantung sampah Hefty "Strong" berukuran 33 galon yang mereka gunakan untuk jubah pelindung tersebut.

"TIDAK ADA LEBIH BANYAK GAUN DI RUMAH SAKIT," kata keterangan di akun Facebook, tersebut. 

"TIDAK ADA BANYAK MASKER DAN (terpaksa) MENGGUNAKANNYA KEMBALI ... PERAWAT KEHABISAN MASKER SELAMA KRISIS COVID-19."

Unggahan tersebut disertai tagar #heftytotherescue, #riskingourlivestosaveyours dan #pleasedonateppe, di mana "ppe" mengacu pada Personal Protective Equipment.

Perawat menggambarkan kekurangan ini sudah berlangsung setahun terakhir. Mereka bahkan harus menyembunyikan persediaan APD mereka sendiri dan pergi ke unit lain untuk mencari APD karena bahkan ruang penyimpanan sudah kosong.

"Tetapi ketika kami mulai mendapatkan pasien COVID-19, itu menjadi kritis," kata perawat tersebut.

Tak hanya itu, newyorkpost juga melaporkan salah satu asisten manajer keperawatan di rumah sakit tersebut, Kious Kelly yang berusia 48 tahun, meninggal pada Selasa malam. Setelah dites, ternyata ia positif virus Corona yang diduga sudah terjangkit sekitar dua minggu lalu.

Sumber dari perawat lain mengatakan, mereka menggunakan APD yang sama antara pasien yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi, dan karena tidak ada lagi jubah cadangan di rumah sakit, mereka memakai kantong sampah untuk menghentikan penyebaran infeksi.

"Kami harus menggunakan kembali masker, jubah, dan pelindung wajah kami," kata seorang perawat. 
"Kami diberi tahu: Kalian mendapatkan satu sepanjang waktu sampai krisis ini selesai," ujarnya lagi. 

Perawat itu juga mengatakan berbagai barang, termasuk masker, tisu, dan pembersih tangan Purell, selalu habis setiap malam.

Ketika dihubungi newyorkpost pada Rabu, seorang juru bicara rumah sakit membantah bahwa mereka tidak memiliki peralatan yang tepat dan tidak melindungi staf mereka.

Sementara itu, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan pengiriman bahan yang dikirim ke rumah sakit setempat telah meringankan kekurangan perlengkapan medis tersebut. Dilansir foxnews, Andrew Cuomo juga mengatakan bahwa jumlah rawat inap sebenarnya dari kasus COVID-19 meningkat lebih cepat dari yang diproyeksikan. 

Sebelumnya, ia sudah memperingatkan lonjakan kasus virus Corona akan menghantam sistem perawatan kesehatan New York hanya dalam beberapa minggu. Namun kenyataanya, peristiwa itu terjadi lebih cepat. 

Untuk diketahui, hingga Rabu malam waktu setempat, hampir 33.000 kasus telah dikonfirmasi di New York. Angka itu  meningkat lebih dari 7.000 dibanding hari sebelumnya. Setidaknya 366 orang telah tewas di New York hingga Rabu kemarin. 

Kota New York yang padat membuatnya menjadi pusat penyebaran paling rentan dengan lebih dari 20.000 kasus di lima wilayah pada Rabu malam. ***