Di Tengah Pandemi Corona, Air Selat Sunda Tiba-tiba Bergolak, Gelembung Besar Tiada Henti Nongol Dekat Gunung Krakatau, Apa Artinya?

Siswandi 1 Apr 2020, 09:37
Gelembung udara besar yang tiada henti nongol di atas permukaan laut Selat Sunda, yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Foto: int
Gelembung udara besar yang tiada henti nongol di atas permukaan laut Selat Sunda, yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Foto: int

RIAU24.COM -  Di tengah maraknya pandemi wabah virus Corona di Tanah Air, sebuah fenomena alam terjadi di perairan Selat Sunda,yang terletak antara Pulau Jawa dan Sumatera. Saat ini permukaan air laut di kawasan itu tengah bergolak. Kondisi itu terjadi akibat munculnya gelembung udara dengan ukuran besar, yang terus keluar tiada henti dari dasar laut. Fenomena itu muncul di bibir pantai Gunung Anak Krakatau. 

Fenomena alam itu ditemukan secara tidak sengaja, pada 30 Maret 2020 kemarin. Awalnya, petugas pengamanan dari BKSDA Bengkulu Lampung berpatroli menggunakan kapal di sekitar Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau. Di kawasan itulah, petugas tiba-tiba melihat fenomena alam yang tak lazim itu. 

Dilansir viva, Rabu 1 April 2020, petugas menemukan gelembung udara berjumlah lebih dari satu. Bentuknya mirip dengan gelembung yang dikeluarkan pompa di dalam akuarium. Gelembung-gelembung iu ditemukan di bagian sisi timur Gunung Anak Krakatau. Dari kejauhan, permukaan air laut seperti sedang bergolak. 

Petugas berhasil mendekati lokasi gelembung udara itu dan dari jarak sangat dekat, terlihat gelembung muncul benar-benar dalam dasar lautan.

Petugas patroli menduga kemunculan gelembung itu terkait dengan aktivitas vulkanik yang ada dalam tubuh gunung bersejarah itu.

"Gelembung udara yang cukup besar hingga terlihat menyembur sampai ke permukaan air dijumpai oleh tim pengamanan kawasan di bagian sisi timur tak jauh dari bibir pantai Gunung Anak Krakatau," tulis petugas BKSDA Lampung-Bengkulu, CA dan CAL, di akun resminya.

"Tidak diketahui penyebabnya namun hal ini kemungkinan diperkirakan adanya aktivitas vulkanik di dasar laut berupa gas yang keluar dari tubuh gunung tersebut," tambahnya. 

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan menerangkan, kondisi itu sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2007 lalu. 

"Kalau sekitar GAK (Gunung Anak Krakatau) sejak tahun 2007 juga setidaknya memang ada gelembung dan membuat sedikit menjadi hangat di satu titik di pantai GAK," terangnya. 

Dikatakan, gelembung yang muncul di Selat Sunda itu berasal dari lubang-lubang yang ada di tubuh Gunung Anak Krakatau.  "Di bagian tubuh gunungapi ada lubang-lubang keluar gas dan suhunya sedikit hangat adalah fenomena umum," ujar dia.

Meski gelembung yang muncul terjadi terus-menerus, namun Hendra mengatakan, aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau masih tenang.

"Secara umum aktivitas GAK sejak 1 bulan terakhir relatif tenang, jumlah gempa vulkanik yg terekam sedikit (< 5 kejadian per hari), demikian juga secara visual, berupa hembusan asap putih dengan tinggi 50-100 meter per harinya," ujarnya lagi. 

Berdasarkan data Magma Indonesia, sejak sebulan terakhir kondisi Gunung Anak Krakatau tak menunjukkan peningkatan aktivitas dan status GAK masih Waspada atau Level II. ***