Astaga, Peneliti Kelelawar di Myanmar Temukan Enam Tipe Virus Corona Baru

Riki Ariyanto 10 Apr 2020, 21:46
Mnegagetkan peneliti kelelawar di Myanmar mendapatkan ada enam jenis virus corona baru (foto/int)
Mnegagetkan peneliti kelelawar di Myanmar mendapatkan ada enam jenis virus corona baru (foto/int)

RIAU24.COM - Jumat 10 April 2020, Kabar tidak mengenakkan datang dari para peneliti kelelawar di Myanmar. Para ilmuwan tersebut menemukan fakta ada enam jenis virus corona baru bersemayam di kelelawar Myanmar.

Dilansir dari Okezone, makalah yang diterbitkan Jurnal Plos pada Kamis (9/4/2020) berisi para peneliti dengan Program Kesehatan Global Smithsonian mengidentifikasi ada virus tipe baru itu melalui pengumpulan sampel yang melelahkan pada 11 spesies kelelawar di Myanmar.

zxc1

Sputnik melaporkan para peneliti mengumpulkan lebih dari 750 sampel air liur dan guano (kotoran kelelawar) sejak tahun 2016 hingga Agustus 2018 di tempat-tempat di mana manusia lebih mungkin bersentuhan dengan kelelawar. Seperti ketika panen guano, praktik keagamaan, dan ekowisata.

Tampak bahwa tiga spesies kelelawar membawa tiga virus alphacorona yang sebelumnya tidak diketahui dan tiga virus betacorona baru.

zxc2

Tiga virus sebelumnya bernama PREDICT-CoV-47, 82, dan 90, sedangkan tiga virus terakhir disebut sebagai PREDICT-CoV-92, 93, dan 96. Bagian "PREDICT" dari nama yang terkait dengan eponim itu adalah Program Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berupaya mengidentifikasi penyakit menular baru yang dapat menyebar dari satwa liar ke manusia. 

Strain yang baru ditemukan itu merupakan anggota keluarga virus corona, hanya saja dianggap tidak terkait erat dengan virus yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) atau COVID-19. Juga tidak jelas apakah strain virus itu bisa menginfeksi dan berbahaya bagi manusia,l atau tidak.

“Banyak coronavirus mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia, tetapi ketika kami mengidentifikasi penyakit ini sejak dini pada hewan, pada sumbernya, kami memiliki peluang berharga untuk menyelidiki potensi ancaman,” sebut Direktur Program Kesehatan Global Smithsonian Suzan Murray.

"Pengawasan waspada, penelitian dan pendidikan adalah alat terbaik yang kita miliki untuk mencegah pandemi sebelum terjadi," tutup Suzan Murray, yang juga turut menulis studi itu, dalam siaran pers. (Riki)