Setelah Amerika, Giliran Inggris Menuntut Pemerintah China Jujur Soal Asal Muasal Virus Covid-19

Satria Utama 17 Apr 2020, 09:09
 Dominic Raab
Dominic Raab

RIAU24.COM -  JAKARTA - Setelah Amerika yang curiga soal asal muasal virus Corona, giliran Inggris yang juga meminta pemerintah China buka-bukan mengenai virus yang sudah menginfeksi lebih 2 juta orang itu.

Pejabat sementara Perdana Menteri Inggris Dominic Raab meminta China berterus terang soal bagaimana virus corona bisa terjadi. Menurutnya, ada sejumlah "pertanyaan sulit" yang harus dijawab China mengenai bagaimana itu virus bermula.

"Kita harus bertanya pertanyaan sulit tentang bagaimana itu terjadi dan bagaimana itu bisa dihentikan," kata Menteri Luar Negeri Inggris itu dalam konferensi pers di London, Kamis (16/4) waktu setempat.

Raab menegaskan bahwa Inggris tidak mungkin lagi bisa menjalin hubungan seperti biasa dengan China setelah adanya pandemi Covid-19 ini. Itu menunjukkan sikap keras Inggris terhadap China setelah mereka dihantam krisis corona yang telah menewaskan 13.729 orang di negara itu.

"Tidak ada keraguan kita tidak dapat melakukan urusan seperti biasa setelah krisis ini," ujarnya seperti dikutip CNN Indonesia dari South China Morning Post, Jumat (17/4).

Meski demikian, Raab menjelaskan, selama ini hubungan Inggris dan China berjalan baik, termasuk ketika mereka mengevakuasi warga dari Wuhan saat terjadi ledakan korban corona. Mereka juga melakukan kerja sama dalam penyediaan pasokan medis selama pandemi.

Komite Urusan Luar Negeri Inggris telah memperingatkan bahwa kampanye disinformasi yang diatur China soal virus corona telah mengorbankan nyawa warga Inggris.

Dalam laporan itu, anggota parlemen mengatakan China berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi ketika wabah dimulai di mana seharusnya mereka memiliki peran kunci dalam mengumpulkan data penyebaran.

China sendiri menyatakan tidak ada bukti bahwa wabah itu dimulai di sana. Kedutaan besar China di London mengatakan belum ada kesimpulan ilmiah atau medis" tentang asal-usul Covid-19 dan menyatakan penelusuran masih berlangsung.

Sebelumnya sebuah lembaga pemikir asal Inggris, Henry Jackson Society (HJS), membuat laporan mengenai kemungkinan menggugat China secara hukum atas pandemi virus corona (Covid-19).

Mereka berpendapat bahwa China harus dituntut dengan hukum internasional dan didenda triliunan dolar AS karena menutupi awal mula munculnya wabah virus corona, yang menyebabkan lebih dari 60 ribu kematian dan dampak ekonomi di berbagai negara.

Berdasarkan informasi, pada 31 Desember 2019, China melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang virus tersebut, tetapi menyebutkan bahwa tidak ada bukti virus dapat menular dari antarmanusia.***