Kementrian BUMN Beberkan Maraknya Mafia Alat Kesehatan

Riko 17 Apr 2020, 20:46
Erick Thohir (net)
Erick Thohir (net)

RIAU24.COM - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negera, Arya Sinulingga membeberkan fenomena maraknya mafia dalam alur dagang dan proses- proses pengadaan alat kesehatan atau alkes di Indonesia. 

Hal itu diakui Arya, karena Erick Thohir sendiri selaki Menteri BUMN telah lama menyadamenyadari bahwa aspek safety dalam sektor kesehatan di Tanah Air masih sangat rapuh. Sehingga hal itu memberikan banyak celah bagi para mafia tersebut untuk turut bermain di dalamnya. 

"Dari awal Pak Erick sudah punya gambaran besar tentang food, energy, dan health security. Saat didalami, dia melihat bahwa aspek health security di Indonesia ini masih sangat berat jika suatu saat terjadi sesuatu," kata Arya dalam keterangan tertulisnya, mengutip dari Viva. Jumat, 17 April 2020.

Kondisinya, kata Arya, saat ini sekitar 90 persen bahan baku alkes dan obat-obatan nyatanya masih impor. Sehingga, Erick Thohir pun langsung mewacanakan pembentukan subholding farmasi, sejak awal menjabat sebagai Menteri BUMN.

Hal itu demi menanggulangi ancaman di sektor kesehatan akibat fenomena 90 persen impor tersebut, supaya ke depannya Indonesia tidak lagi bergantung pada impor bahan baku dan barang jadi. Padahal di satu sisi, sebenarnya Indonesia sangat mampu memproduksi sendiri semua hal tersebut.

"Contohnya APD, masker, itu pabriknya ada, tapi bahannya dari luar. Jadi seperti tukang jahit, bahan bakunya dari luar, dijahit di Indonesia, lalu diambil lagi oleh mereka. Makanya dibentuklah subholding BUMN farmasi," kata Arya.

Nahasnya, sebelum wacana pembentukan subholding farmasi itu bisa diwujudkan sesuai harapan, wabah corona pun keburu menerjang sektor kesehatan di Tanah Air. Hal ini diakui sebagai ujian berat bagi Kementerian BUMN, karena sekali lagi para mafia besar berhasil mengalihkan negara untuk sibuk melakukan pengadaan alat kesehatan.

Hal ini pun sebenarnya disadari langsung oleh Erick Thohir maupun seluruh BUMN terkait. Sebab, saat banyak alkes dibutuhkan, nyatanya pemerintah memang cuma disibukkan dengan urusan jual-beli alkes tanpa menoleh potensi produksinya.

"Kata Pak Erick kita ini terlalu sibuk dengan trading, trading, trading terus. Tidak berusaha bangun industri dalam negeri untuk mengadakan alkes," kata Arya.

"Jadi memang ada mafia-mafia besar skala global dan lokal, yang akhirnya membuat bangsa kita hanya sibuk berdagang. Maka arahan Pak Menteri, berantas semua mafia itu dengan membangun industri dalam negeri," ujarnya.