10 Malam Terakhir Ramadhan, Ustadz Abdul Somad Sebut Boleh Itikaf di Rumah Selama Pandemi Covid-19

Riki Ariyanto 14 May 2020, 09:02
10 Malam Terakhir Ramadhan, Ustadz Abdul Somad Sebut Boleh Itikaf di Rumah Selama Pandemi Covid-19 (foto/int)
10 Malam Terakhir Ramadhan, Ustadz Abdul Somad Sebut Boleh Itikaf di Rumah Selama Pandemi Covid-19 (foto/int)

RIAU24.COM - Dalam 10 hari terakhir bulan ramadhan, umat Islam akan berkonsentrasi ibadah itikaf di masjid-masjid. Tetapi kondisi di tengah Covid-19, warga harus mengacu protokol kesehatan, dengan anjuran agar tetap di rumah saja.

Dilansir dari Republika, Ustaz Abdul Somad (UAS) sampaikan boleh ibadah itiqaf di rumah, berikut penjelasannya.

zxc1

Ustadz Abdul Somad (UAS) jelaskan itikaf, adalah "menetap di masjid dengan niat ibadah." Hal ini berdasarkan dalil, yaitu hadis Nabi Muhammad SAW. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam biasa melakukan itikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan.

Dan, para istri Nabi SAW pun mengamalkan ibadah ini, termasuk setelah Rasulullah SAW tercinta berpulang ke rahmatullah. UAS menyebut, riwayat hadis itu sahih, sebagaimana termaktub dalam Sahih Bukhari.

Umat Muslim bisa memilih salah satu dari tiga lokasi untuk melaksanakan ibadah itiqaf.

Pertama, masjid besar (masjid jami'). Masjid yang dikategorikan bisa mengadakan shalat Jumat. Kedua, masjid biasa. Seperti mushala atau surau dapat pula dijadikan tempat beritikaf. Ketiga, tempat shalat di rumah (mushalla al-bait). Lokasi ini dibolehkan, umpamanya, bagi kaum perempuan Muslim, sebagaimana dijelaskan menurut mazhab Hanafi.

zxc2

"Keterangan ini bersumber dari kitab al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Juz III, halaman 1.757. Nah, dalam masa pandemi corona seperti sekarang, karena darurat bisa kita ambil opsi ketiga (sebagai tempat beritikaf)," sebut Ustadz Abdul Somad (UAS) seperti dilansir dari Republika.

Ustadz Abdul Somad (UAS) menyebut, setidaknya lima tujuan beritikaf, yakni menyucikan hati, merasakan pengawasan Allah Ta'ala, fokus ibadah, melepaskan diri dari keduniawian, hingga berserah diri kepada Allah SWT.

Untuk durasi itikaf, menurut jumhur ulama, lanjut Ustadz Abdul Somad (UAS), paling minimal durasi itikaf ialah lebih sedikit dari gerakan rukuk dalam shalat. Adapun batas maksimalnya itikaf mengikuti sunah Rasulullah SAW. Diketahui, Nabi SAW pernah 20 hari tidak keluar dari masjid.

Ustadz Abdul Somad (UAS) menjabarkan, setidaknya tiga pilihan waktu itikaf. Pertama, waktu subuh. Seorang Muslim sesudah shalat subuh, hendaknya berzikir hingga matahari terbit. Lalu, ia melakukan shalat sunah isyraq. Lamanya itikaf itu kira-kira 90 menit atau lebih.

Kedua, sesudah shalat isya. Orang-orang melaksanakan shalat isya berjamaah, lantas shalat tarawih dan witir. Selanjutnya, mereka membaca Alquran, berzikir, dan sebagainya. Durasinya pun bisa sekitar 90 menit atau lebih.

"Ketiga, saat bangun malam. Sepertiga malam, terutama. Dirikanlah shalat sunah wudhu, shalat sunah taubat, shalat sunah hajat, dan shalat tahajud. Sesudah itu, baca Alquran atau berzikir," ujar Ustadz Abdul Somad (UAS) yang merupakan alumnus Universitas al-Azhar itu.