Tegas, Diancam China Jangan Macam-macam, India Balas Seperti Ini

Siswandi 3 Jun 2020, 09:35
Tentara India di perbatasan (ilustrasi). Foto: int
Tentara India di perbatasan (ilustrasi). Foto: int

RIAU24.COM -  Untuk pertama kalinya, Perdana Menteri India, Rajnath Singh, akhirnya angkat bicara terkait konflik dengan China di wilayah perbatasan kedua negara. Ia menegaskan, India tidak akan mundur sejengkal pun dari daerah 
yang menjadi kedaulatannya. 

Untuk diketahui, situasi di kawasan perbatasan China dan India terus memanas. Unjuk kekuatan militer hingga kini masih terus dilakukan kedua kubu. Kondisi ini terjadi setelah kedua kubu sempat terlibat baku tembak di wilayah Ladakh, beberapa pekan lalu.

Baik China mau pun India, sama-sama terus menambah jumlah pasukan dan peralatan perang di kawasan perbatasan. Sebuah foto citra satelit juga menangkap gambar empat jet tempur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), sudah berada dekat dengan wilayah perbatasan.

Dilansir viva yang merangkum news18, Rabu 3 Juni 2020, Singh dengan tegas menyatakan China telah melanggar integritas teritorial India.

Menurutnya, India berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan seluruh negara tetangganya. Oleh sebab itu, Sing menyebut India takkan pernah melanggar integritas teritorial negara lain. Akan tetapi, Singh secara tegas menyebut bahwa India takkan membiarkan negara mana pun melakukan pelanggaran terhadap kedaulatannya.

"Kebijakan kami sangat jelas. Kami tidak akan melukai harga diri (negara) tetangga kami. Tetapi saya meyakinkan negara bahwa, pemerintah tidak akan membiarkan siapa pun melukai harga diri India," tegasnya. 

Meski demikian, Singh yakin permasalahan ini masih bisa diselesaikan. Ia mengacu pada pengalaman konflik serupa yang terjadi di Doklam. Pada 2017, India dan China juga pernah bertikai dan mengalami kebuntuan selama 73 hari.

"Ketegangan semacam ini (pernah) meningat di masa lalu juga, dan solusi ditemukan," kata Singh.

Sementara itu, timesofIndia melaporkan, baik Beijing dan New Delhi sudah melakukan perundingan delapan putaran untuk mengurangi ketegangan. Namun kondisi di lapangan, kedua kubu masih terus mempertahankan sikap agresifnya di kawasan yang menjadi sumber sengketa. ***