Pamer Alkitab Setelah Usir Warga Pakai Gas Air Mata, Giliran Pemuka Agama Kristen di AS Kecam Donald Trump

Siswandi 3 Jun 2020, 10:33
Donald Trump pamer Alkitab di depan gereja di Washington DC. Trump menuai kecaman karena beberapa saat sebelumnya pihak Kepolisian dan militer AS baru saja mengusir warga dari kawasan itu dengan menggunakan gas air mata. Foto: int
Donald Trump pamer Alkitab di depan gereja di Washington DC. Trump menuai kecaman karena beberapa saat sebelumnya pihak Kepolisian dan militer AS baru saja mengusir warga dari kawasan itu dengan menggunakan gas air mata. Foto: int

RIAU24.COM -  Untuk kesekian kalinya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menerima kecaman. Kali ini kecaman datang dari para pemuka agama Kristen. Kemarahan mereka dipicu aksi Donald Trump yang berfoto di depan sebuah gereja di Washington dengan memegang sebuah Alkitab. Trump dikecam karena dinilai memanfaatkan sesuatu yang sakral, untuk kepentingan politik.

Sementara sebelum sesi foto tersebut dilakukan, aparat baru saja menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran, meski aksi protes tersebut digelar secara damai. Akibatnya, Trump pun ramai menuai kecaman. 

Aksi damai itu digelar sebagai respon atas kasus George Floyd, warga kulit hitam AS yang tewas di tangan anggota kepolisian di Minneapolis.

"Itu traumatis dan sangat ofensif, dalam arti bahwa sesuatu yang sakral disalahgunakan untuk isyarat politik," cetus Uskup Episkopal Washington, Mariann Budde, saat wawancara di stasiun radio publik NPR.

Dilansir detik yang merangkum afp, Rabu 3 Juni 2020, Budde mengatakan bahwa Trump menggunakan "kekuatan simbolis kitab suci kita, memegangnya di tangannya seolah-olah itu adalah pembenaran posisi dan otoritasnya."

Untuk diketahui, foto Trump tersebut diambil di depan Gereja Episkopal St John yang berada di seberang Lafayette Park, yang menghadap Gedung Putih. Sejak beberapa hari belakangan ini, gereja itu telah menjadi pusat aksi protes di Washington. Gereja bersejarah itu sempat dirusak dengan coretan dan rusak akibat kebakaran saat aksi protes pada Minggu (31/5) malam waktu setempat.

Pada Senin (1/6/2020), para pengunjuk rasa berdemonstrasi di sana dengan damai. Namun aparat penegak hukum termasuk polisi militer menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka. Pembubaran itu, sekaligus membuka jalan bagi Trump untuk berjalan kaki dari Gedung Putih menuju gereja tersebut lalu melaksanakan sesi foto-foto. Salah satunya, adalah sesi ketika Trump mengangkat Alkitab.

Publik di AS sendiri mengecam keras pembubaran dengan menggunakan gas air mata tersebut. Pasalnya, aksi ketika itu digelar dengan damai. 

"Protes pada saat itu sepenuhnya damai," kata Budde. 
"Sama sekali tidak ada pembenaran untuk ini," tegasnya lagi. 

Tak hanya itu, para pemimpin Episkopal lainnya juga mengecam kunjungan Trump ke gereja St John sebagai hal "memalukan dan menjijikkan secara moral."

"Hanya dengan memegang tinggi-tinggi sebuah Alkitab yang belum dibuka, dia mengklaim mendapat dukungan Kristen dan menyiratkan bahwa itu termasuk Gereja Episkopal," kata para uskup dari New England dalam sebuah pernyataan.

Untuk diketahui, ratusan ribu orang di AS telah menunjukkan kemarahan mereka lewat aksi-aksi demo sejak kematian George Floyd pada 25 Mei 2020. Floyd adalah seorang pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun yang dibunuh oleh polisi di Minneapolis. Aksi-aksi demo itu sebagian besar berlangsung damai, namun beberapa telah berubah menjadi kerusuhan massal. ***