Negaranya Disebut-sebut Siap Produksi Vaksin Corona, Kota Terpadat di Dunia Ini Malah Tetapkan Lockdown

Siswandi 16 Jun 2020, 15:11
Aktivitas warga di Kota Beijing (ilustrasi). Foto: int
Aktivitas warga di Kota Beijing (ilustrasi). Foto: int

RIAU24.COM -  China disebut-sebut sebagai pihak yang paling siap untuk memproduksi vaksin virus Corona Covid-19, dibandingkan dengan negara lain di dunia. Bahkan, vaksin itu ditargetkan sudah diproduksi secara massal pada tahun ini. 

Namun kondisi itu ternyata berbading terbalik dengan apa yang terjadi di ibukota China, Beijing. Pemerintah Kota Beijing saat ini malah menerapkan lockdown akibat virus Corona yang menimpa kota itu. Kebijakan itu diambil setelah pemerintah Beijing mengumumkan 49 kasus baru COVID-19, yang mana 36 di antaranya terkait dengan kasus di Pasar ikan Xinfadi yang baru ditutup 2 hari lalu.

Juru bicara pemerintah kota Beijing, Xu Hajian mengatakan, pihaknya terpaksa mengambil tindakan tegas karena risiko penyebaran virus corona menjadi sangat tinggi setelah ditutupnya Pasar ikan Xinfadi.

Terhitung sejak Senin 15 Juni 2020 waktu setempat, pemerintah kota Beijing kemudian mewajibkan seluruh penduduknya untuk karantina di rumah dan menjalani tes COVID-19.

Otoritas setempat juga memerintahkan seluruh perusahaan di Beijing untuk mengkarantina setiap karyawannya yang sempat mengunjungi Pasar ikan Xinfadi dalam 14 hari terakhir. Tak hanya itu, semua warga yang sempat berkunjung ke Pasar Xinfadi diwajibkan untuk melapor ke pihak berwenang.

Dilansir detik yang merangkum theguardian, Selasa 16 Juni 2020, situasi Beijing memang tidak mengenakkan. Setelah 55 hari tidak ditemukan infeksi baru, total kasus COVID-19 di Beijing justru meningkat tajam hingga 79 kasus hanya dalam jangka waktu 4 hari, tepatnya setelah terjadi gelombang baru di Pasar ikan Xinfadi.

Ditemukan pula 1 kasus orang tanpa gejala dari 10 juta penduduk yang bermukim di sekitar Pasar Yuquandong, yang di mana kasus tersebut masih ada hubungannya dengan Pasar ikan Xinfadi.

Direspon Daerah Sekitar 
Seiring dengan kebijakan itu, respon pun datang dari pemerintah yang berada di sekitar Beijing. Di antaranya, Pemerintah Kota Liaoning dan Xiamen di Provinsi Fujiamn, langsung meminta warganya yang sempat bepergian ke Beijing untuk mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. Hal serupa juga dilakukan pemerintah provinsi Heilongjiang yang memerintahkan setiap warganya yang sempat ke Beijing untuk mengkarantina diri selama 21 hari.

Hingga saat ini, telah ditemukan juga 10 kasus baru lain yang diimpor dari luar China. Antara lain, 4 kasus asal Sichuan yang dikonfirmasi datang dari Mesir. Sehingga jumlah kasus yang terinfeksi dari negara lain berjumlah 92.

Ketua Epidemilogis dari Beijing Centre for Disease Prevention, Wu Zunyou menyatakan, berdasarkan runtunan investigasi genetika, virus tersebut berasal dari Eropa. Akan tetapi, para peneliti masih harus mencari tahu bagaimana hal tersebut bisa memicu rantai infeksi. ***