Turut Terimbas Dampak Wabah Corona Covid-19, Pengusaha Tunggu Reshuffle Kabinet Jokowi

Siswandi 1 Jul 2020, 14:14
Presiden Jokowi berama para menteri melakukan rapat
Presiden Jokowi berama para menteri melakukan rapat

RIAU24.COM - Rencana Presiden Jokowi melakukan reshuffle terhadap kabinetnya, disambut dengan beragam di ranah politik sehingga isu itu menjadi pembahasan yang hangat. Ternyata, dunia usaha di Tanah Air juga menyambut positif rencana reshuffle atau bongkar ulang kabinet Presiden Joko Widodo. Pasalnya, dunia usaha juga merasakan lambannya respon para menteri menghadapi pandemi Covid-19 ini.

"Dengan adanya reshuffle ini, ada secercah harapan," ungkap Ketua Umum DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, Rabu 1 Juli 2020.

Sarman kemudian menyoroti kinerja menteri di bidang ekonomi. Ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada juga yang lamban. Padahal, saat pembentukan kabinet, sosok menteri yang diharapkan adalah yang memiliki kemampuan manajerial dan cepat mengeksekusi program.

Namun dengan adanya rencana reshuffle ini, Sarman menyebut kegalauan Jokowi dan dunia usaha bisa terjawab. "Semoga presiden mendapatkan figur yang tepat dan direspon positif pasar," harapnya, dilansir okezone. 

Selain itu, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga pengusaha Sandiaga Uno juga ikut merespon kekesalan Jokowi kepada para menterinya. Sandi pun mengkritik kinerja birokrasi pemerintahan Jokowi di masa pandemi ini.

“Birokrasi pemerintah membuat program pemulihan ekonomi nasional ini berjalan sangat pelan, dan saya lihat ada banyak ruang perbaikan," kata Sandi dalam acara Indonesia Economic Forum di Jakarta, seperti dimuat dalam siaran pers pada Senin, 29 Juni 2020.

Jokowi juga menyampaikan kekecewaannya bahwa kementerian teknis masih sekedar doing business as usual. "Tidak sigap dalam mengeksekusi program itu,” kata Sandi.

Seperti diketahui, ancaman reshuffle itu disampaikan sendiri oleh Jokowi dalam sidang kabinet 18 Juni 2020. Ketika itu, Jokowi tampak marah dan jengkel melihat cara kerja menterinya yang masih normal, di tengah pandem. 

Sidang ini sebenarnya dilakukan tertutup. Tapi 10 hari kemudian, 28 Juni 2020, Istana memutuskan untuk menyebarkan video ini ke publik. Barulah kemudian viral.

Meski demikian, pengamat sosial politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, menilai kemarahan Jokowi sebenarnya menunjukkan kegagalan kepala pemerintahan mengendalikan para menteri.

“Jadi pidato Jokowi marah itu sebenarnya ekspresi emosional dari kegagalannya sekaligus kekacauan mengendalikan para menteri," lontarnya. 

Ditambahkannya, pidato presiden yang marah itu, menunjukkan adanya kekisruhan di manajemen kabinet. “Itu menunjukkan betapa kacaunya manajemen Presiden dalam mendorong para menterinya untuk bekerja ekstra di tengah krisis,"katanya. ***