Hanya Dalam Dua Pekan, 97 Ribu Anak Terinfeksi Virus Corona, Yakin Anak Kembali Belajar di Sekolah?

Satria Utama 9 Aug 2020, 15:29
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Hanya dalam kurun waktu dua pekan, dari 16 hingga 20 Juli, sebanyak lebih dari 97 ribu anak di dunia telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru. Ini menandakan anak-anak masih tergolong kelompok rentan tertular virus ini.

Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari American Academy of Pediatrics, melansir CBS News, Minggu (9/8). 

Selain itu, dari hampir 5 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Amerika Serikat (AS), CBS News menemukan, ada lebih dari 338 ribu di antaranya adalah anak-anak. Untuk Juli saja, sebanyak 25 anak dilaporkan meregang nyawa karena Covid-19 di AS. 

Data tersebut semakin memicu kekhawatiran akan rencana pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membuka kembali sekolah secara langsung pada musim gugur. 

Walikota New York City, Bill de Blasio menjamin akan membuka kembali sekolah tatap muka pada musim gugur dan akan bekerja sekuat mungkin untuk mencegah penularan. 

"Mereka (para pejabat) telah melihat contoh dari seluruh dunia tentang apa yang akan menjaga komunitas sekolah tetap aman. Mereka sudah membuat serangkaian langkah dari lensa kesehatan dan keselamatan terlebih dulu, sambil juga memastikan kita bisa mendidik anak-anak," ujarnya dalam konferensi pers pada Jumat (7/8) seperti dilansir RMOL. 

Dalam pernyataannya, De Blasio memberikan tenggat waktu hingga Jumat malam bagi para wali murid untuk mendaftarkan anak-anak mereka untuk bersekolah tatap muka, pembelajaran jarak jauh, atau campuran. 

Kebijakan pemerintah membuat tekanan tersendiri bagi 13 ribu sekolah di seluruh negeri. Mereka diharuskan mencari cara menjaga anak-anak tetap aman dengan segudang protokol kesehatan, sembari tetap melakukan kegiatan ajar mengajar. 

Dr. Tina Hartert dari Universitas Vanderbilt mengatakan, pihak berwenang bisa meningkatkan pengujian Covid-19 pada anak-anak untuk mengontrol penularan. 

Saat ini, Hartert sendiri sudah memimpin penelitian yang didanai pemerintah untuk melakukan pengujian ke sekitar 2.000 keluarga. 

"Alat pengujian dikirim ke keluarga, mereka diajari cara mengumpulkan sampel ini, lalu sampel dikirim kembali laboratorium pusat," urainya.***