Ekonom Sampaikan Penyederhanaan Undang-Undang Sejalan Cita-Cita Sejak Reformasi

Riki Ariyanto 27 Aug 2020, 18:26
Ekonom Sampaikan Penyederhanaan Undang-Undang Sejalan Cita-Cita Sejak Reformasi (foto/ist)
Ekonom Sampaikan Penyederhanaan Undang-Undang Sejalan Cita-Cita Sejak Reformasi (foto/ist)

RIAU24.COM - Saat ini RUU Cipta Kerja menjadi topik hangat yang dibicarakan. Menurut Ekonom Universitas Riau (UNRI) Edyanus Herman Halim semangat RUU Cipta Kerja memangkas banyak regulasi penghambat investasi.

Bagi Edyanus Halim itu sejalan dengan cita-cita serta harapan yang diusung bangsa Indonesia sejak era reformasi. "Sejak dulu, kita memang mengharapkan adanya refomrasi birokrasi, reformasi perundang-undangan, dan upaya deregulasi. Adanya RUU Cipta Kerja ini menjadikan kita berharap ribuan regulasi terkait investasi ini dapat dihilangkan," sebut Ekonom, Edyanus Halim pada webinar bertajuk "RUU Cipta Kerja, Solusi Pulihkan Ekonomi Indonesia dari Ancaman Resesi", Kamis (27 Agustus 2020).

zxc1

Dosen Universitas Riau (UNRI) ini juga menganggap perdebatan soal RUU Cipta Kerja harus dikembalikan pada tujuan besar diciptakannya dasar hukum ini. Upaya menarik investasi dan mendorong perekonomian yang berkualitas merupakan dua hal besar yang dicita-citakan RUU ini.

"Jangan diisi dengan kesan-kesan politisasi pihak tertentu atau pada tujuan politik tertentu. Fokus pada tujuan utama dari RUU ini yang memang untuk mendorong perekonomian dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkualitas," sebut Ekonom Edyanus Halim kemudian.

zxc2

Tentang klaster ketenagakerjaan yang menuai pro kontra, Edyanus melihat bahwa ada upaya dari pemerintah dan DPR untuk memfasilitasi kebutuhan serikat pekerja dalam pembahasan RUU Cipta Kerja. Proteksi tenaga kerja termasuk penting supaya mendapat perhatian sebab bagaimanapun, peningkatan investasi harus sejalan dengan kesejahteraan para pekerja.

"Saya melihat pemerintah dan DPR membuka pembahasan dengan pihak terkait soal proteksi tenaga kerja. Tapi, proteksi ini jangan sampai menyebabkan interest dari para investor juga berkurang," lanjut Ekonom Edyanus Halim. (Rilis)