Ternyata, Dari Sinilah Sumber Dana Penantang Putra Jokowi Dalam Pilkada Kota Solo

Siswandi 1 Sep 2020, 12:49
Bagyo Wahyono yang maju sebagai penantang putra Jokowi dalam Pilkada Kota Solo tahun 2020. Foto: int
Bagyo Wahyono yang maju sebagai penantang putra Jokowi dalam Pilkada Kota Solo tahun 2020. Foto: int

RIAU24.COM -  Sosok Bagyo Wahyono, saat ini telah sukses mencuri perhatian banyak kalangan. Hal itu setelah ia bersama dengan FX Supardjo, dinyatakan lolos sebagai pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Solo. Keduanya pun siap bersaing dengan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming, yang disebut punya segala-galanya. 

Seperti diketahui, hampir semua partai politik yang memiliki kursi di DPRD Kota Solo, ramai-ramai mendukung Gibran yang berpasangan dengan Teguh Prakosa. Saking banyaknya dukungan, Gibran bahkan sempat disebut bakal berhadapan dengan kotak kosong. Karena melihat begitu banyaknya dukungan itu pula, pasangan ini juga diyakini memiliki sumber dana yang cukup untuk 'berperang' dalam ajang Pilkada Kota Solo tahun 2020 ini. 

Lalu, siapa penyandang dana bagi Bagyo?  

Bagyo sendiri sukses melaju sebagai calon Walikota Solo setelah mengantongi 38.831 dukungan untuk maju dalam pilkada.Padahal, persyaratan untuk maju melalui jalur perseorangan di pilkada Kota Solo cukup memiliki 35.870 dukungan. 

“Persyaratan ini memang cukup berat, tapi kami berhasil memperolehnya melalui kerja keras,” tuturnya kepada tempo, Senin 31 Agustus 2020.

Bagyo Wahyono tinggal di rumah yang terhitung sederhana kawasan Penumping, Solo. Selama ini, Bagyo berprofesi sebagai penjahit, dengan spesialis baju kebaya. Profesi itu telah dilakoninya selama puluhan tahun. 

Pekerjaan itu menjadi pilihannya lantaran pendidikannya memang tidak tinggi. Dia hanya memiliki ijazah setingkat Sekolah Menengah Atas. “Tepatnya ikut Kejar Paket C,” katanya. 

Meski berasal dari kalangan bawah, buktinya Bagyo mampu membuat kejutan dengan menantang putra penguasa negeri ini di Pilkada Solo. Bagyo mengaku disokong organisasi yang diikutinya, Tikus Pithi Hanata Baris. 

Dia mengklaim organisasi yang berdiri sejak 2014 itu memiliki banyak anggota dan tersebar di berbagai kota. “Mereka mendekati kerabat-kerabatnya yang tinggal di Solo untuk memberikan dukungan kepada saya,” katanya.

Maju sebagai calon perseorangan di Pilkada Solo menurutnya bukan keinginan pribadinya. Dia mengaku ditunjuk oleh organisasinya untuk mengikuti pesta pemilihan itu. 

“Saya yang cuma penjahit ini tidak punya modal untuk maju dalam pilkada,” katanya. 

Karena itu pula, semua biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti pilkada disokong secara gotong royong oleh organisasi tersebut. ***