Thailand Masih Bergolak, Ratusan Ribu Warga Gelar Aksi Tuntut Pemerintah Yang Berkuasa Mundur

Satria Utama 19 Oct 2020, 09:42
Demo di Thailand menuntut rezim berkuasa mundur
Demo di Thailand menuntut rezim berkuasa mundur

RIAU24.COM -  Aksi unjuk yang rasa mewarnai sejumlah wilayah di Thailand pada Minggu (18/10) membuat situasi politik di negeri Gajah Putih itu terus memanas. Desakan agar pemerintah yang saat ini berkuasa agar mundur semakin kencang diteriakkan.

Menyikapi kondisi yang semakin panas tersebut, Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mulai melakukan pendekatan agar protes tidak melebar menjadi kerusuhan. Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan pada hari Minggu bahwa perdana menteri mengakui hak warga untuk melakukan protes, tetapi mengatakan demonstrasi harus diadakan sesuai dengan hukum.

"Pemerintah bersedia mendengarkan masalah semua orang dan terus menyelesaikan masalah di semua bidang," kata Burapachaisri seperti dikutip RMOL dari Bangkok Post, Minggu (18/10).

Burapachaisri berbicara dengan nada yang lebih rendah dan ramah. Lebih bijak dibandingkan sebelumnya. Begitu juga dengan Prayut yang pada Sabtu (17/10) memperingatkan orang-orang untuk tidak menghadiri pertemuan dan melanggar hukum dengan nada yang terlihat marah.

Perdana menteri mendapat kecaman setelah polisi menggunakan taktik kekerasan di persimpangan Pathumwan pada hari Jumat dengan menembakkan meriam air ke pengunjuk rasa yang melakukan aksinya dengan damai.

Pembubaran dengan kekerasan tampaknya memicu protes di Bangkok dan provinsi lain. Sekitar 20 pemimpin aksi unjuk rasa ditangkap. Aksi pun kemudian berjalan tanpa pimpinan, membuat para pendemo semakin leluasa berbicara di depan massa.

Pada hari Minggu, protes meletus di sekitar 20 lokasi di provinsi di luar Bangkok, antara lain di The Victory Monument dan di persimpangan Asok, yang merupkan situs utama di ibukota.

Demonstrasi besar diadakan di luar pusat perbelanjaan Future Park di daerah Rangsit di Provinsi Pathum Thani. Juga di Central Plaza WestGate di Distrik Bang Yai di Provinsi Nonthaburi.

Pihak berwenang pun mengeluarkan status darurat karena ada sekitar seribu mahasiswa yang menyeruak membentuk barisan demonstrasi.

Di Provinsi Nakhon Ratchasima, mahasiswa - yang diperkirakan oleh pihak berwenang berjumlah 600 - berkumpul di Universitas Teknologi Rajamangala Isan untuk menuntut agar perdana menteri mengundurkan diri dan para senator yang dipilih sendiri oleh junta mengundurkan diri. "Prayut, keluarlah. Senator keluar," teriak mereka.

Di Khon Kaen, mahasiswa yang jumlahnya ratusan berkumpul di luar Khon Kaen Witthayon menuntut semua aktivis dibebaskan. Mereka kemudian pindah untuk bergabung dengan mahasiswa Universitas Khon Kaen dan pengunjuk rasa lainnya di kampus universitas.****