Tak Cuma Indonesia, Amerika pun Sedang Pusing Hadapi Kelompok 'Laskar' Bersenjata

Satria Utama 19 Jan 2021, 05:55
Kelompok Oath Keepers/foto: Getty Images
Kelompok Oath Keepers/foto: Getty Images

RIAU24.COM -  Tak hanya pemerintah Indonesia yang pusing menghadapi radikalisme, Amerika Serikat juga kini sedang menghadapi persoalan yang sama. Kelompok laskar atau milisi bersenjata ini semakin aktif sejak kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

Menurut kajian The Armed Conflict Location & Event Data Project (ACLED), organisasi yang menelusuri kekerasan politik, kelompok-kelompok kanan-jauh semakin sering turun dalam demonstrasi menentang hasil pemilihan presiden.

Protes kemungkinan besar akan diwarnai kekerasan jika anggota milisi turut serta dalam aksi.

Di samping itu, Badan Penyelidik Federal (FBI) memperingatkan kemungkinan terjadinya protes bersenjata di semua 50 negara bagian menjelang pelantikan Biden pada Rabu (20/01).

Berapa jumlah kelompok milisi di AS? Terdapat puluhan kelompok milisi di AS yang mempunyai ideologi berbeda-beda, tetapi secara umum mereka menentang pemerintah.

Meskipun mereka tidak secara khusus menyuarakan penggunaan kekerasan, seringkali mereka adalah kelompok bersenjata dan sebagian dari mereka telah terlibat dalam demonstrasi yang diwarnai kekerasan.

Banyak di antara mereka mengatakan tindakan itu dilakukan untuk membela diri sehubungan dengan ketakutan yang mereka yakini bahwa pemerintah federal semakin intrusif, terutama tentang pengendalian senjata.

Sejumlah negara bagian mengharuskan kelompok milisi mengantongi izin dari pemerintah negara bagian, tetapi amandemen kedua konstitusi AS membatasi skala kontrol yang dapat diterapkan terhadap aktivitas kelompok milisi.

Jumlah kelompok milisi di AS menurun antara tahun 2017 hingga 2019, yang menurut peneliti masalah milisi, Amy Cooter, telah menjadi pola umum ketika presidennya berasal dari Partai Republik.

Walaupun biasanya antipemerintah, kelompok-kelompok itu semakin mendekat ke Presiden Trump. "Mayoritas kelompok-kelompok itu memandang Trump sebagai sosok yang paling mendekati presiden yang mereka idolakan sejauah ini," jelas Cooter.

Menurut organisasi antiekstremisme, Southern Poverty Law Center (SPLC), kegiatan kelompok milisi ini menyebar di sebagian besar wilayah AS. Dua di antara kelompok milisi AS yang paling terkenal adalah Oath Keepers dan Three Percenters.

Keduanya didirikan sesudah Barack Obama dipilih sebagai presiden, atas landasan keyakinan bahwa pemerintah federal "berusaha menghancurkan kebebasan rakyat Amerika".

Baru-baru ini, Proud Boys dan Boogaloo Bois naik daun, umumnya karena keterlibatan mereka dalam kekerasan di jalan-jalan.

Boogaloo Bois adalah kelompok yang tidak begitu terikat. Anggotanya seringkali menyuarakan keinginan untuk menggulingkan pemerintah dengan mengangkat senjata, sedangkan Proud Boys, didirikan tahun 2016, beranggotakan mereka yang menentang imigran dan semuanya laki-laki.***