Fiki Naki, YouTuber Sekaligus Fakboi Asal Pekanbaru yang Jadi Viral Karena Konten Uniknya Dengan Gadis Cantik Asal Kazakhstan

Devi 20 Jan 2021, 10:29
Foto : VOI
Foto : VOI

RIAU24.COM -  YouTuber Fiki Naki semakin menjadi sorotan setelah konten kolaborasinya dengan Dayana, gadis cantik asal Kazakhstan, menjadi viral. Konten obrolan dengan orang asing di OmeTV menarik banyak penonton. Kemampuan multibahasa Fiki Naki seringkali mendorong orang untuk belajar banyak bahasa. Kami membahas hal ini dengan seorang dokter pendidikan bahasa Inggris untuk membahas mengapa beberapa orang begitu mudah menyerap pembelajaran bahasa Inggris ketika begitu banyak orang "tidak berbicara bahasa Inggris".

Fiki Naki, pria asal Pekanbaru, kelahiran 24 Juli 2000 ini dikenal fasih berbahasa Inggris, Rusia, Spanyol, Rumania. Karena kerap mendekati wanita dengan kemampuan bahasanya, Fiki Naki disebut-sebut sebagai fakboi kelas internasional.

Konten video YouTube yang dia unggah 11 Januari lalu, misalnya. Dalam video tersebut, Naki bertemu Dayana di OmeTV. Dalam pertemuan itulah Naki pamer. Dia memulai percakapan dengan Dayana dalam bahasa Inggris. Naki mengatakan bahasa Inggris adalah bahasa kedua setelah bahasa Indonesia.

Setelah percakapan mulai mengalir, Dayana yang sedang menyiarkan dengan temannya terperangah ketika Naki mengetahui apa yang mereka berdua bicarakan dalam bahasa Rusia. Dayana, yang sebelumnya memuji ketampanan Naki, bahkan lebih terkesan dengan kemampuan bahasa Rusia Naki.

Dalam gimmick acaranya, Dayana tiba-tiba meminta Naki untuk menikah. Naki mengiyakan. Ceritanya tidak berakhir di situ. Dayana semakin kagum saat Naki mengatakan bahwa dia juga fasih berbahasa Spanyol dan Italia. Dayana semakin penasaran dengan mahasiswa semester tiga tersebut. Dayana bertanya kepada Naki bagaimana dia bisa belajar multibahasa.

"Kamu benar-benar keren. Ada orang yang mengajar atau belajar sendiri?" tanya Dayana, dalam bahasa Rusia. "Belajar sendiri," kata Naki.

Naki mengaku baru sebulan belajar bahasa Rusia. Namun, Naki mengakui bahwa dia berbicara bahasa Spanyol lebih baik daripada bahasa Rusia. Padahal dia baru belajar bahasa Negeri Matador selama seminggu. Naki itu luar biasa, tentu saja. Lebih dari itu, pernyataannya telah membuat kami penasaran. Bagaimana seseorang dapat dengan mudah mempelajari bahasa asing ketika orang lain mengalami kesulitan.

Untuk menjawabnya, seorang guru bahasa Inggris, Itje Chodijah yang telah lebih dari tiga dekade bekerja di dunia pengajaran dan pelatihan mengatakan, menurut Itje, ada faktor bawaan bagaimana seseorang bisa lebih cepat menyerap dan mempraktikkan bahasa asing. Itulah yang membuat kemampuan orang untuk belajar bahasa berbeda.

Itje yang merupakan doktor dari Program Pendidikan Bahasa Inggris UPI, Bandung menjelaskan hal tersebut melalui perspektif multiple intelligence yang menjelaskan bahwa ada sembilan ciri cara kerja otak manusia. “Ada orang yang memiliki keunggulan di bidang antariksa, seperti arsitektur. Lalu ada kecerdasan matematis, kecerdasan bahasa, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan alamiah yang berhubungan dengan alam,” ujarnya dihubungi Selasa, 19 Januari 2018.

Sedangkan bagi orang yang lebih fasih berbahasa, Itje mengatakan mereka memiliki bakat bahasa atau kecerdasan bahasa. "Ini konstruksi biologis."

Misalnya, anak Itje sendiri. Dari kedua anak Itje tersebut, ada satu yang memiliki kecerdasan bahasa sangat tinggi. "Begitu dia belajar bahasa Italia, dia langsung memahaminya, lalu ketika dia menggunakan bahasanya, intonasinya sangat mirip dengan bahasa Italia."

Pendapat Itje diperkuat oleh penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Neuroscience pada 2016. Penelitian yang dikutip dari Daily Mail mengungkapkan bahwa terdapat koneksi saraf antara berbagai jaringan di otak yang disebut superior temporal gyrus (STG). STG adalah bagian otak yang terletak di dekat telinga bagian atas.

Dari situ diketahui bahwa berbagai wilayah di otak manusia saling berkomunikasi bahkan saat seseorang sedang istirahat. Dan kekuatan koneksi berbeda-beda untuk tiap individu. Namun, kata Itje, tidak ada orang yang tidak memiliki bakat bahasa sama sekali. “Cuma, yang punya bakat bahasa tinggi bisa lebih cepat. Tinggal seberapa cepat,” ucapnya.

Karenanya, Itje menjelaskan, masuk akal jika seseorang bisa belajar bahasa asing hanya dalam satu minggu, seperti yang diklaim Naki. Menurutnya, banyaknya metode yang digunakan menjadi faktor penentu dapat tidaknya seseorang melakukan hal tersebut.

“Itu tergantung, jika dia belajar sepuluh jam sehari, mungkin dia bisa. Bukan berapa hari, tapi berapa lama dia menggunakan bahasa dan seberapa efektif pendekatan yang diadopsi dalam pembelajaran,” jelas Itje.

zxc2

Namun, tidak semua orang memiliki otak seperti Naki. Bahkan tidak sedikit orang yang merasa telah belajar bahasa asing selama bertahun-tahun namun tetap tidak bisa menguasainya. Mengapa itu terjadi?

Pakar pendidikan Itje Chodijah punya jawabannya. Ia mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut perlu diketahui apa tujuan belajar bahasa. "Mau berkomunikasi? Mau bisa membuat laporan dalam bahasa Inggris? Atau mau apa? Jadi tujuan ditentukan. Sekarang keberhasilan ditentukan oleh tujuan itu, apakah tercapai atau tidak," Itje menjelaskan.

Karena kata Itje, belajar bahasa tidak pernah selesai. “Meski saya sudah lama mengajar bahasa Inggris, guru bahasa Inggris terlatih, masih ada bidang tertentu yang perlu dipelajari,” ujarnya.

Penjelasan ini sesuai dengan pengalaman Naki. Dalam video YouTube tersebut, Naki mengaku kepada Dayana bahwa sebenarnya dirinya agak lemah secara teori, ia hanya unggul dalam berbicara bahasa asing.

Selain itu, faktor lain yang membuat kita sulit mempelajari bahasa asing adalah kita takut melakukan kesalahan. "Tata bahasanya salah, sudah lama menghantuinya. Jadi yang paling muncul adalah rasa takut salah," kata pria yang menempuh studi Master dari Universitas Marwick di Inggris itu.

Masih menurut Itje, tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi merupakan salah satu faktor terbesar penentu keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa asing. Sedangkan angka kedua jangan sampai terasa serakah. “Mungkin dalam konteks Indonesia belajar bahasa itu yang dikehendaki semua orang, tata bahasanya bagus. Enggak, otomatis orang tidak bisa mendapatkan semuanya,” kata Itje.

Itje mencontohkan, ketika tujuan belajar berbicara, seseorang harus bisa memulai dengan terbata-bata. Kemudian ketika kita sering dilatih dengan orang lain yang berbahasa Inggris, “akan ada mekanisme dalam diri kita untuk mengoreksi diri,” ujarnya.

"Saat aku bilang 'oh ya seharusnya seperti ini ya.' Semakin sering kita memperbaiki kesalahan kita sendiri, semakin baik, ”jelas Itje.

Oleh karena itu, untuk bisa menguasai bahasa asing, kita harus menguasai strateginya. "Dan hanya ada satu metode pembelajaran: terus berlatih," pungkasnya.