Usai Disuntik Vaksin, Bupati Ini Malah Terbukti Positif Covid-19, Begini Respon Kemenkes

Siswandi 22 Jan 2021, 16:08
Bupati Sleman Sri Purnomo mengikuti vaksinasi Covid-19 pada pekan lalu. Foto: int/komp
Bupati Sleman Sri Purnomo mengikuti vaksinasi Covid-19 pada pekan lalu. Foto: int/komp

RIAU24.COM -  Bupati Sleman, Sri Purnomo tengah mendapat sorotan. Hal itu setelah pemimpin daerah di salah satu daerah di Yogyakarta itu, dinyatakan positif terjangkit Covid-19. Yang menjadi sorotan, kondisi itu terjadi justru setelah yang bersangkutan disuntik vaksin pada pekan kemarin. Buntut dari kondisi itu, sang bupati pun harus menjalani isolasi mandiri di rumah dinasnya. 

Perihal kondisi Bupati Sleman itu, diungkapkan Sekda Kabupaten Sleman Harda Kiswaya, Kamis (21/1/2021) kemarin. 

"Hasil antigen kemarin dan hasil PCR tadi pagi itu ( Bupati Sleman Sri Purnomo) positif (Covid-19)," ujarnya, dilansir kompas.  

Meski demikian, Harda menyatakan, sang bupati dalam kondisi baik. 

Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo. Dituturkannya, awalnya Bupati Sleman Sri Purnomo menjalani swab antigen karena merasakan gejala batuk-batuk. 

"Kemarin siang Pak Bupati meminta diperiksa swab antigen karena malam Rabunya merasakan batuk-batuk dan suhu tubuhnya 37,6 derajat jadi di atas 37,3," ucapnya. 

Swab antigen dilakukan pihaknya di rumah dinas Bupati Sleman. Hasilnya, ternyata positif antigen. "Tadi pagi PCR di rumah sakit, siang harinya keluar hasilnya ternyata positif," terangnya lagi. 

Menurutnya, Bupati Sleman mengalami gejala ringan. Bahkan, saat dilakukan pemeriksaan paru-parunya bersih, tidak ada pneumonia. 

"Guna meyakinkan diperiksa CT scan thorax atau paru dan ternyata tidak ada pneumonia yang khas untuk Covid-19. Jadi secara fisik semuanya bagus," tambahnya. 

Joko juga membenarkan Sri Purnomo menjadi salah satu tokoh yang disuntik vaksin saat launching program vaksinasi. Namun kondisinya baik-baik saja usai disuntik vaksin. Ia juga tak merasakan efek samping apa pun. 

"Jadi bukan menjadi positif gara-gara vaksin, tapi kebetulan saja seminggu yang lalu itu ikut vaksin lalu hari ini positif," urainya. 

Vaksin, lanjutnya, memang harus diberikan dua kali. Sehingga antibodi akan terbentuk secara optimal. "Diberikan dua kali, pertama dan kedua itu kita istilahkan penguat. Kalau memang baru satu kali belum memberikan efek kekebalan atau pembentukan antibodi belum memadai," ujarnya lagi. 

Respon Kemenkes 
Sementara itu, Kementerian Kesehatan akhirnya ikut angkat suara terkait kabar Bupati Sleman Sri Purnomo. Kemenkes menduga, Sri Purnomo telah terpapar sebelum vaksinasi dilakukan.

"Jika melihat sequence waktunya, sangat mungkin pada saat Bupati divaksin beliau dalam masa inkubasi, dimana sudah terpapar virus tapi belum bergejala," ungkap  Juru Bicara Program Vaksinasi Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan tertulis, Jumat 22 Januari 2021.

Dilansir tempo, Nadia kemudian menjelaskan, secara alamiah, waktu antara paparan dan munculnya gejala alias load virus sedang tinggi adalah sekitar 5-6 hari. 

Menurutnya, hal ini masih mungkin, mengingat Sri Purnomo menjalani vaksinasi Covid-19 pada 14 Januari. Sementara hasil swab PCR yang menyatakan positif, keluar pada 20 Januari.

"Namun kejadian ini tentu tetap dilaporkan sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)," kata Nadia.

Ia menegaskan kembali, Vaksin Sinovac adalah vaksin berisi virus mati (inactivated), jadi hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi. 
Ditambahkannya, dari awal pihaknya sudah menekankan, vaksinasi Covid-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan. Pasalnya sistem imun perlu waktu lewat paparan yang lebih lama untuk mengetahui bagaimana cara efektif melawan virus.

"Suntikan pertama dilakukan untuk memicu respons kekebalan awal. Dilanjutkan suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk. Hal ini memicu respons antibodi yang lebih cepat dan lebih efektif di masa mendatang," tuturnya lagi. 

Nadia juga menegaskan, meski telah menjalani vaksinasi Covid-19, masyarakat tetap harus menjalankan protokol Kesehatan. Upaya 3M, 3T, dan vaksinasi harus tetap dijalankan secara bersamaan. 

"Karena selain tetap harus menjaga diri sendiri juga masih dibutuhkan waktu untuk bersama-sama bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai kekebalan kelompok," ujarnya. ***