Selain Covid-19, Ini Virus Lain Yang Diprediksi Mengguncang Dunia, Indonesia Beresiko Tinggi

Satria Utama 25 Jan 2021, 11:02
Kelelawar buah, salah satu hewan yang banyak menularkan virus
Kelelawar buah, salah satu hewan yang banyak menularkan virus

RIAU24.COM -  Di tengah kesibukan dunia menghadapi virus Covid-19, para ilmuwan Thailand saat ini sedang bekerja keras untuk memastikan virus lain tidak menyebabkan pandemi berikutnya. Kekhawatiran muncul karena tingkat kematian untuk virus Nipah mencapai 75% dan belum ada vaksin.

Pada Januari 2020, Supaporn Wacharapluesadee menjadi salah satu peneliti yang ditunjuk pemerintah Thailand untuk menganalisis sampel dari penumpang pesawat yang baru tiba dari Wuhan. Ia dan timnya berhasil mendeteksi kasus pertama Covid-19 di luar China.

Seperti dilansir situs BBC Indonesia, Wacharapluesadee adalah pemburu virus kelas wahid. Ia memimpin Thai Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru (emerging), di Bangkok. 

Sepanjang kariernya, Wacharapluesadee dan para koleganya telah meneliti ribuan sampel kelelawar dan menemukan banyak virus baru. Sebagian besarnya adalah virus corona, tapi juga ada banyak penyakit mematikan lain yang dapat menular ke manusia.

Salah satunya adalah virus Nipah. Virus ini dibawa oleh kelelawar buah, yang merupakan inang alaminya. "Ini sangat mengkhawatirkan karena belum ada obatnya... dan tingkat kematian yang disebabkan virus ini tinggi," kata Wacharapluesadee. 

Tingkat kematian virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, tergantung lokasi terjadinya wabah.

Ada beberapa alasan yang membuat virus Nipah begitu mengancam, selain tingkat kematiannya bisa mencapai 75 persen, periode inkubasinya yang lama (dilaporkan hingga 45 hari, dalam satu kasus) berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, tidak menyadari bahwa mereka sakit, untuk menyebarkannya.

Ia bahkan dapat menginfeksi banyak jenis hewan, menambah kemungkinan penyebarannya. Dan ia dapat menular baik melalui kontak langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah dapat mengalami gejala-gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang dan lesu, dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian. Singkatnya, ini adalah penyakit yang sangat berbahaya bila tersebar.

Kerusakan habitat kelelawar telah menyebabkan infeksi Nipah di masa lalu. Pada tahun 1998, wabah virus Nipah di Malaysia menewaskan lebih dari 100 orang. Para peneliti menyimpulkan bahwa kebakaran hutan dan kekeringan telah mengusir kelelawar dari habitat aslinya dan memaksa mereka untuk mencari buah-buahan di pepohonan yang tumbuh di peternakan babi.

Di bawah tekanan, kelelawar dapat melepaskan lebih banyak virus. Akibat dipaksa untuk pindah, plus kontak dekat dengan spesies yang biasanya tidak berinteraksi dengan mereka, virus dapat melompat dari kelelawar ke babi, dan seterusnya ke peternak.

Sementara Asia adalah rumah bagi hampir 15% hutan tropis dunia, kawasan ini juga dilanda masalah deforestasi. Asia menjadi salah satu benua di dunia yang paling banyak kehilangan keanekaragaman hayati. Sebagian besarnya akibat perusakan hutan untuk dijadikan perkebunan seperti kelapa sawit, tapi juga untuk area permukiman dan peternakan.***