Amerika Ungkap Ambisi China Bangun Tentara Super Seperti di Film Hollywood

Satria Utama 11 Feb 2021, 09:36
Ilustrasi tentara super
Ilustrasi tentara super

RIAU24.COM -  CHINA - Mantan direktur badan intelijen nasional (DNI) Amerika Serikat, John Ratcliffe mengungkap rencana China membangun tentara generasi mendatang dengan kemampuan ala tokoh-tokoh pahlawan super di film-film produksi Hollywood

"China melakukan percobaan terhadap anggota Tentara Pembebasan Rakyat dengan harapan mengembangkan tentara dengan kemampuan biologis yang jauh lebih andal. Dalam ambisi ini, Beijing tak mempedulikan hal-hal yang bersifat etis," kata Ratcliffe dalam tulisan di The Wall Street Journal.

Pemerintah di Beijing menggambarkan tulisan Ratcliffe sebagai "tak lebih dari kebohongan semata".

Sebenarnya tak hanya China yang punya ambisi memiliki tentara super. Pada 2014, Presiden Amerika Serikat (AS) ketika itu, Barack Obama, kepada para wartawan mengatakan, "Yang akan saya umumkan adalah, kami akan membangun Iron Man."

Hadirin tertawa, padahal Obama sedang tidak bercanda. AS pun sudah memulai mengembangkan seragam pelindung canggih bagi personel militer yang disebut Tactical Assault Light Operator Suit, disingkat Talos.

Promosi video memperlihatkan baju Talos ini mementalkan peluru yang ditembakkan oleh musuh. Tapi proyek Iron Man tak berlanjut. Setelah lima tahun, ambisi membuat seragam antipeluru dihentikan.

Meski demikian, para pengembang masih berharap komponen-komponen seragam yang bisa mementalkan peluru ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tempur.

Seragam hanya satu dari sekian banyak aspek kemiliteran yang menjadi objek penelitian dan pengembangan. Di dunia militer -- sama halnya dengan bidang-bidang lain -- orang berusaha untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teknologi agar bisa lebih maju atau unggul.

Pada 2017, Presiden Rusia Vladimir Putin, memperingatkan bahwa "manusia mungkin tidak lama lagi akan membuat sesuatu yang jauh lebih buruk dari bom nuklir".

Putin mengatakan manusia "bisa membangun tentara yang bertempur tanpa rasa takut, tanpa penyesalan dan tanpa merasakan sakit".

Tapi, seperti terlihat dalam proyek Iron Man yang dikembangkan AS, kendala praktis sering kali membuat program militer tak bisa diwujudkan sesuai harapan.

Pada 2019, terbit tulisan akademis soal militer China "yang aktif mengeksplorasi teknik modifikasi genetika untuk membangun tentara super".

Disebutkan pula China "mengeksplorasi kemungkinan mengembangkan seragam canggih dan kolaborasi antara manusia dan mesin".

Namun, salah seorang penulis artikel tersebut, Elsa Kania, juga mengungkap hal lain. "Memang penting mendiskusikan mengapa militer China membahas dan ingin mewujudkan ambisi mereka, tapi penting juga untuk mengakui kesenjangan antara ambisi dan kemampuan teknologi mereka secara riil," kata Kania.

Ia menjelaskan militer di seluruh dunia punya ketertarikan yang besar soal kemungkinan manusia membangun tentara super.

Namun pada akhirnya semua tersadarkan oleh kenyataan bahwa sains juga punya keterbatasan, yang membuat ambisi membangun tentara super, tak bisa diwujudkan.

Dr Helen O'Neill, pakar genetika molekuler dari University College London, Inggris, berpendapat pertanyaanya bukan soal apakah pengembangangan tentara super dimungkinkan atau tidak, tapi lebih ke apakah para saintis mau menggunakan teknologi yang tersedia.

Ia mengatakan teknologi yang dimaksud, penyuntingan genom dan kombinasinya dengan metode reproduksi berbantu (assisted reproduction), sudah semakin sering diterapkan di bidang transgenik dan pertanian.

"Namun untuk saat ini penerapannya pada manusia masih dianggap tidak etis," kata O'Neill.****