Sejarah 18 Februari: Terjadinya Peristiwa Berdarah Etnis Sampit dan Madura

Azhar 18 Feb 2021, 05:59
Polisi meredam konflik Sampit-Madura. Foto: Bombastis.com
Polisi meredam konflik Sampit-Madura. Foto: Bombastis.com

RIAU24.COM -   Empat penghuni rumah tewas. Sekelompok warga Dayak di Sampit menyerang rumah seorang warga Madura bernama Matayo, dengan motif balas dendam atas peristiwa di Kereng Pangi.

Konflik ini bermula dari perselisihan antara dua etnis sejak akhir 2000 dikutip dari tirto.id, Kamis, 18 Februari 2021.

Bentrok antara etnis Dayak dan Madura terjadi di Desa Kereng Pangi, Kabupaten Katingan.

Lalu menjadi-jadi setelah perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit, Sendong mencuat.

Seorang etnis Dayak, tewas akibat beberapa luka bacokan dalam perkelahian itu. Dua hari usai peristiwa ratusan warga Dayak mendatangi tempat tewasnya Sandong untuk mencari pelaku. Namun nihil.

Puncaknya, sekelompok warga Dayak di Sampit menyerang rumah seorang warga Madura bernama Matayo.

Serangan itu pun menuai balas dendam dari orang-orang Madura dengan mendatangi rumah seorang Dayak bernama Timil yang diduga menyembunyikan salah satu pelaku penyerangan.

Saat itu Timil berhasil diamankan polisi, tetapi warga Madura yang marah juga menyerang rumah kerabat Timil dan menewaskan penghuninya.

Peristiwa inilah yang kemudian menyulut konflik yang lebih masif antara etnis Dayak dan Madura di Sampit.

Dua hari sejak penyerangan rumah Matayo, orang Madura berhasil bertahan, bahkan berani melakukan sweeping terhadap pemukiman-pemukiman warga Dayak.

Lalu situasi berbalik pada 20 Februari, ketika sejumlah besar orang Dayak dari luar kota berdatangaan ke Sampit.

Alhasil, selama akhir Februari 2001, 500 orang Madura tewas. Lebih dari 100 ribu orang Madura yang selamat terpaksa mengungsi keluar Sampit untuk menghindari persekusi.

Bahkan bentrokan di Sampit meluas hingga lingkup provinsi.