Soal Desakan Muktamar Luar Biasa PKB, Putri Gus Dur Sindir Hal Ini

Siswandi 15 Apr 2021, 23:29
Yenny Wahid. Foto: int
Yenny Wahid. Foto: int

RIAU24.COM -  Suasana panas, saat ini dikabarkan tengah terjadi di internal Partai Kebangkitan bangsa (PKB). Kondisi itu dikabarkan buntut setelah dilaksanakannya Musyawarah Cabang 2021 yang dinilai menimbulkan ketidakpuasan pengurus daerah. 

Menyikapi hal itu, juru bicara Zannuba Ariffah Chafsoh atau akrab dipanggil Yenny Wahid mengatakan, PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin semakin menunjukkan watak oligarkis.

"Mbak Yenny Wahid memahami kekecewaan DPC-DPC PKB karena melihat arah partai yang keluar dari relnya dan sangat jauh dari tujuan didirikannya PKB oleh Gus Dur dan beberapa kiai," ujar Imron lewat pesan tertulis, Rabu, 14 April 2021.

"Dalam pandangan kami, PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar semakin menunjukkan watak oligarkis dan nepotisme," lanjutnya, dilansir tempo.

Dalam hal ini, pihaknya mengetuk kesadaran semua pihak,  termasuk internal DPP bahkan para sesepuh, agar mengingatkan Muhaimin Iskandar dan lingkaran elitenya untuk kembali kepada sejarah awal berdirinya partai.

"Termasuk sejarah masa lalu Cak Imin dalam memperlakukan Gus Dur dalam konflik PKB yang masih terus diingat warga NU. Kami khawatir, diamnya para sesepuh akan dianggap sebagai upaya perlindungan kepada Cak Imin yang memiliki sejarah kelam terhadap Gus Dur sehingga berdampak pada penilaian negatif kalangan akar rumput terhadap para sesepuh," ujar Imron.

Saat ini, sejumlah kader PKB di daerah menyerukan desakan muktamar luar biasa. Mereka beralasan telah terjadi pelanggaran Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga hasil Muktamar Bali 2019 sehingga perlu adanya evaluasi lewat MLB.

Mantan Ketua DPC PKB Kabupaten Tasikmalaya, Haris Sanjaya mengatakan, pelanggaran AD/ART itu contohnya dalam pelaksanaan musyawarah cabang dan musyawarah wilayah. Lebih khusus ia menyorot dalam forum pemilihan ketua partai di daerah itu, tak ada proses penjaringan dari bawah.

Haris mengatakan mekanisme pemilihan ketua DPC dan ketua DPW mestinya melalui penjaringan dari bawah. Calon ketua DPC, kata dia, seharusnya diusulkan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang, lalu diusulkan kepada DPW. Namun dia menyebut mekanisme ini tak dilalui. Begitu pula dalam pemilihan ketua DPW.

"(Harusnya) ada penjaringan yang diusulkan oleh DPC-DPC baru ada penetapan pengurus DPW oleh DPP. Tiba-tiba ditunjuk aja oleh DPP," ujar Haris kepada Tempo, Selasa malam, 13 April 2021.

Haris tak menampik adanya aspirasi untuk mengganti Muhaimin Iskandar dengan ketua umum baru. Namun dia belum merinci saat ditanya ihwal sosok yang kira-kira berpotensi menggantikan Muhaimin.

Sementara itu, mantan Ketua DPC PKB Jeneponto, Sulawesi Selatan, Andi Mappatunru mengklaim ada dukungan dari 10 DPW dan 113 DPC untuk menggelar muktamar luar biasa. 

Ketua DPP PKB Daniel Johan belum merespons konfirmasi Tempo ihwal adanya desakan muktamar luar biasa tersebut. Beberapa petinggi PKB yang dihubungi tempo juga belum merespon. ***