Pondok Pesantren Ini Punya Sejarah Unik, Pendirinya Mantan Perampok, Penjudi dan Suka Main Perempuan

Azhar 18 Apr 2021, 23:28
Sandiman Nur Hadi Widodo. Foto: Detik.com
Sandiman Nur Hadi Widodo. Foto: Detik.com

RIAU24.COM -  Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ghifari di Lendah, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sandiman Nur Hadi Widodo membeberkan masa lalunya.

Dia menganggap masa lalunya teramat suram karena penuh dengan lembah dosa. Salah satunya melakoni kejahatan sebagai perampok.

Tak hanya itu, masa muda bapak dua anak dan empat cucu itu dihabiskan dengan berjudi, dikutip dari detik.com, Minggu, 18 April 2021.

Serta main wanita hingga melakukan berbagai tindak kriminal.

Ia juga bahkan pernah dijuluki perampok spesialis emas, karena bersama komplotannya tidak pernah gagal melancarkan aksi kejahatan tersebut.

Alhasil dia dipaksa mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan vonis 4 tahun penjara. Namun pada 1998 ketika dirinya kembali menghirup udara bebas semuanya berubah.

Kehidupan di hotel prodeo mengubah jalan hidup Sandiman. Di sana, Sandiman yang ketika itu berusia 32 tahun mulai mendalami Islam. Sejumlah warga binaan di lapas tersebut mengajarinya salat dan membaca Al-Qur'an.

Perlahan tapi pasti, Sandiman bertransformasi menjadi sosok baru. Pria yang dulu dikenal garang dan ditakuti itu berubah jadi pribadi yang bersahaja nan religius.

Selepas bebas, ilmu agama yang diperolehnya selama mendekam di jeruji besi coba ditularkan Sandiman kepada warga di tempat kelahirannya dengan menjadi guru ngaji.

Tak hanya itu, perlahan dia kemudian membangun masjid, panti asuhan dan pondok pesantren yang selain ditujukan sebagai tempat ibadah juga sekaligus wahana belajar agama Islam.

Diberi nama Al-Ghifari, pembangunan kompleks seluas 2.400 meter persegi itu berlangsung sejak tahun 1999 dan rampung serta bisa digunakan setahun kemudian. Adapun lahan yang digunakan adalah tanah warisan milik orang tua Sandiman.