Satu Tentara Tewas di Papua Karena Baku Tembak Dengan KKB, Natalius Pigai Sentil Jokowi

M. Iqbal 22 Sep 2021, 06:57
Aktivis kemanusiaan Natalius Pigai
Aktivis kemanusiaan Natalius Pigai

RIAU24.COM - Aktivis HAM asal Papua, Natalius Pigai menanggapi tentang adanya kontak tembak antara Kelompok kriminal bersenjata (KKB) OPM dengan aparat gabungan TNI-Polri kembali terjadi di Distrik Kwirok, Pegunungan Bintang, Papua.

Dalam insiden tersebut, satu prajurit TNI gugur dalam kontak tembak tersebut. Komandan Korem 172/Praja Wira Yakti Brigjen TNI Izak Pangemanan menyebutkan, kontak tembak itu terjadi didekat pos Satgas TNI 403/WP yang saat ini bertugas di sana.

Dari hal tersebut, Pigai menilai bahwa Jakarta dalam hal ini pemerintah pusat agar secepat-cepatnya membuka dialog dengan Papua.

"Pemerintah Pusat harus ciptakan perdamaian abadi di Papua," kata Pigai dilansir dari Rmol.id, Selasa, 21 September 2021.

Peristiwa memilukan yang kerap terjadi di Papua ini menurut Pigai hampir sama latar belakang kasusnya dengan di negara India, Rusia, Somalia dan terakhir oleh Taliban di Afghanistan.

"Telah membuktikan bahwa negara-negara modern dengan kekuatan alutsista modern pun tidak pernah menang melawan satu wilayah dengan komunitas suku dan agama yang berbeda. Gerakan perlawanan di Papua cenderung solid dan makin solid karena perasaan penderitaan yang sama, lama dan menua," terangnya.

Maka itu, Pigai merasa khawatir dengan dominasi Jawa dan Jakarta yang mengeruk kekayaan alam, merampas lahan-lahan ekonomi, politik dan pemerintah disertai pembunuhan yang kejam pada rakyat Papua akan memancing masifnya kebencian rakyat sipil yang mengadu nasib di Papua.

Dia juga mengingatkan, kalau positioning politik OPM yang mengancam warga migran di Papua sedang mengarah ke arah itu.

"Negara juga jangan asal menerima politik pendudukan pemerintah Jokowi melalui pemekaran, penetrasi ekonomi, hegemoni sipil dan militer. Kebijakan-kebijakan tersebut cenderung destruktif terhadap imajinasi kebangsaan pernah terbangun di Papua yang saat ini makin meredup, sedangkan makin menguat adalah imajinasi nasionalisme Papua sebagai perasaan penderitaan yang sama (nation ets le desire de vivre ensemble) Hans kohn," tandas Pigai.