Pria Afghanistan Berani Gugat Menlu AS dengan Alasan yang Tepat

Amerita 8 Oct 2021, 09:07
Antony Blinken
Antony Blinken

RIAU24.COM - Mohammad adalah pria Afghanistan yang bekerja untuk proyek yang didanai pemerintah AS. Dia sedang menghadiri konferensi di California kala Taliban mengirimi surat ke rumahnya di Afghanistan. 

Surat itu berisi ancaman pembunuhan terhadap nyawanya karena Taliban menilai dia sebagai pembelot yang membela asing.
zxc1
Alhasil dia harus memilih untuk tak kembali ke Afghanistan, meninggalkan anak istrinya yang luntang lantung di negara yang dilanda perang itu.

Dua tahun kemudian, Mohammad mengaku menyesal meninggalkan mereka, dan berharap dia tidak pernah bekerja untuk pemerintah AS mengingat dampaknya bagi dia dan keluarga.

Di tengah perjuangannya mendapatkan visa untuk keluarganya, istri Mohammad pingsan dan meninggal karena serangan jantung.
zxc2
Mohammad sejak saat itu berjuang untuk dipersatukan kembali dengan dua putranya yang berusia 9 dan 11 tahun. Kedua bocah itu harus pindah dari rumah ke rumah demi bertahan hidup.

Pada Kamis (7/10) Mohammad mengajukan gugatan di pengadilan federal di San Fransisco terhadap Menlu AS, Antony Blinken yang ia nilai gagal menjalankan kewajiban hukumnya.

Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Sekutu Afghanistan, Mohammad seharusnya dibantu untuk bersatu dengan keluarganya, apalagi dia sudah bekerja untuk AS selama 20 tahun. 

“Satu-satunya hal yang saya inginkan hanyalah satu pelukan dari anak-anak saya,” kata Mohammad.

Sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan, Mohammad sudah berulang kali menghubungi Departemen Luar Negeri AS, saat itu, sebuah peluru menembus rumah yang ditinggali anak-anaknya. 

Dia meminta anak-anaknya dievakuasi saat militer AS melakukan salah satu pengangkutan udara terbesar dalam sejarah, tapi mereka tak melakukannya.

Mohammad berkomunikasi setiap hari dengan anak-anaknya baik melalui telepon atau teks. Anak bungsunya, kerap bertanya-tanya apakah Taliban akan membunuhnya.

“'Ayah, apakah mereka akan membunuhku?' Apa yang bisa kukatan padanya?” ujar Mohammad menirukan pertanyaan anaknya.

Gugatan yang dilayangkan Mohammad menyatakan bahwa “mengeluarkan anak-anaknya dari Afghanistan, di mana mereka berada dalam bahaya sehari-hari, dan menyatukan kembali mereka dengan satu-satunya orang tua yang tersisa adalah penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan mereka.”

“Pada titik ini pemerintah telah mengetahui setidaknya sejak pertengahan Agustus bahwa anak-anak ini sendirian dan dalam bahaya serius, dan mereka tidak mengambil tindakan apa pun untuk melindungi mereka,” kata pengacaranya, Alexandra Zaretsky, dari International Refugee Assistance yang berbasis di New York. 

Zaretsky mengatakan Mohammad adalah satu dari ribuan warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah AS di Afghanistan dan terpaksa meninggalkan anggota keluarga demi mendapatkan jaminan keselamatan keluarga.