Kisah Suku Tikus, Jutaan Orang yang Terpaksa Tinggal di Terowongan Bawah Tanah

Rizka 23 Oct 2021, 23:33
google
google

RIAU24.COM -  Kota Beijing di China merupakan rumah bagi 21,5 juta warganya, namun beberapa ribu di antaranya harus rela tinggal di terowongan bawah tanah.

Jauh dari keriuhan jalan-jalan di Beijing, faktanya kota ini masih menyimpan kesunyian di baliknya.

Jutaan pekerja berpenghasilan rendah yang dikenal sebagai ' Suku Tikus' tinggal di sebuah terowongan yang terdiri dari 3 lantai di bawah tanah kota Beijing.

Tempat itu disebut Dixia Cheng atau 'The Dungeon', dibangun di bawah kota Beijing. Dulunya, tempat itu merupakan area perlindungan dari bom selama Perang Dingin. Luasnya, sekitar 30 mil persegi (77,6 kilometer persegi).

Kebanyakan dari orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah para pekerja migran dan kawula muda yang berharap bisa melejitkan karir di kota terpenting di China itu.

Di akhir tahun 60-an dan 70-an, untuk mengantisipasi kehancuran akibat perang nuklir akibat perang dingin. Ketua Mao mengarahkan kota-kota di China untuk membangun apartemen dengan tempat perlindungan bom yang mampu menahan ledakan bom nuklir.

Di Beijing saja, sekitar 10.000 bunker segera dibangun. Tetapi ketika China membuka pintunya ke dunia yang lebih luas di awal tahun 80-an, departeman pertahanan Beijing mengambil kesempatan untuk menyewakan tempat penampungan kepada tuan tanah pribadi, ingin mengambil untung dari mengubah tempat persembunyian bekas reruntuhan menjadi unit hunian kecil.

Sekarang ketika malam tiba, lebih dari satu juta orang (kebanyakan pekerja migran dan pelajar dari daerah pedesaan) menghilang dari jajaran Beijing yang ramai menuju alam semesta bawah tanah, yang tidak banyak diketahui dunia di atas.