Ketika Indonesia Pernah Menjadi Pusat Perhatian Dunia, Memiliki Dua Angkatan Perang yang Kuat

Rizka 19 Nov 2021, 08:51
google
google

RIAU24.COM -  Sejarah Operasi Trikora dan Dwikora telah banyak diceritakan dibeberapa buku. Indonesia pernah menjadi pusat perhatian dunia ketika memiliki angkatan perang yang kuat. Beberapa tulisan yang beredar di media internasional menyebutkan: Indonesian military forces were considered the strongest in the southern hemisphere.

Hal tersebut mengacu pada kesiapan tempur angkatan perang Indonesia saat Tri Komando Rakyat (Trikora) dan Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Bung Karno sebagai arsitek pembangunan kekuatan perang Indonesia pada 1960-an memiliki beberapa alasan untuk itu. Pertama, tentu saja adalah untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Berikutnya mengalir setelah Trikora, dilancarkan Dwikora yang dinilai sebagai proyek besar imperialisme untuk mengepung Indonesia.

Indonesia secara geografis memang telah terkepung oleh negara-negara Barat yang terdiri antara lain Australia, Singapura, dan Malaysia yang baru akan dibentuk pada 1960-an.

Bung Karno menyadari benar bahwa upaya "penjajahan" di Bumi Nusantara yang sangat subur dan penuh dengan kekayaan alamnya tidak akan pernah berhenti. Tidak akan pernah berhenti walau Indonesia sudah merdeka, yang pasti tetap merupakan daya tarik bangsa lain melirik kekayaan alam di Bumi Pertiwi. Itu sebabnya Bung Karno mempopulerkan istilah "neo kolonialisme" dan "neo imperialisme".

Berikutnya, ketika 1975 Indonesia menduduki Timor Timur, walau sudah dalam format yang amat berbeda dengan Trikora dan Dwikora karena sangat berkait dengan perang dingin yang berlandas kepada perbedaan idiologi barat versus komunis.

Trauma Trikora dan Dwikora tetap saja masih belum hilang dari pemikiran orang di luar Indonesia. Itu pula sebabnya ketika terjadi pergolakan di Timtim yang berujung kepada referendum, maka sangat jelas terlihat keberpihakan Australia bagi Timor Leste yang merdeka terpisah dari Indonesia.

Secara strategi militer tentu saja perhitungan bahwa kawasan Timtim dapat dipergunakan sebagai pangkalan aju bagi Indonesia bila berhadapan dengan Australia.

Ada catatan tersendiri dalam hubungan Indonesia-Australia yang kerap dijuluki sebagai hubungan yang "benci tapi rindu".

Pada awal kemerdekaan adalah Australia yang merupakan salah satu negara pertama yang mendukung dan mengakui kemerdekaan Republik Indonesia. Selanjutnya ketika persiapan Trikora tidak dapat disembunyikan betapa kekhawatiran Australia terhadap kekuatan perang Indonesia. Konon pesawat pesawat pembom TU-16 sering sekali "nyasar" di atas wilayah udara kedaulatan Australia tanpa mereka mampu untuk mencegahnya.

Ketika itu Australia belum memiliki kekuatan perang seperti sekarang ini.

Trauma Trikora dan Dwikora bagi negara-negara persekutuan Inggris sangat membekas dan mendalam. Itu sebabnya, bila diperhatikan, maka Singapura, Malaysia, dan Australia selepas era Trikora dan Dwikora membangun besar besaran angkatan perangnya.

Mereka tidak ingin terulang lagi sebuah kondisi di mana Indonesia memiliki kekuatan perang terkuat di belahan selatan permukaan bumi. Tidak sepenuhnya hal itu yang menjadi alasan, akan tetapi secara langsung atau tidak langsung Indonesia memang dapat dinilai sebagai sebuah negara yang cenderung "ëkspansionis".