Kerap Dianggap Sebagai Misi Rahasia Menyebarkan Zat Kimia Beracun, Ternyata Ini Penyebab 'Asap' Pesawat

Rizka 17 Feb 2022, 10:21
google
google

RIAU24.COM -  Kerap sekali fenomena yang mungkin terlihat aneh dan tak bisa, dikait-kaitkan dengan hal-hal mengerikan yang mungkin tidak enak didengar oleh kuping. Seperti peristiwa yang sudah-sudah dan kerap terjadi sebelumnya, banyak pihak yang beranggapan bahwa hal tersebut adalah bagian dari teori konspirasi elite global. Salah satunya adalah fenomena chemtrail alias chemical trail.

Fenomena contrail atau condensation trail yang menyerupai "asap" dari pesawat sering kali dihubungkan oleh teori mengenai chemtrail (chemical trail) atau jejak zat kimia di langit.

Berbagai jejak contrail pesawat, khususnya dari pesawat tempur, belakangan banyak diviralkan sebagai bentuk dari chemtrail.  Chemtrail sendiri adalah teori yang menyebut pemerintah atau pihak tertentu melakukan misi rahasia dengan menyebarkan zat kimia beracun ke atmosfer dari pesawat.

Mereka yang percaya dengan teori ini berspekulasi chemtrail merupakan jejak senjata biologis yang disebar untuk melakukan hal-hal buruk seperti penyebaran virus, dilakukan untuk mengurangi penduduk bumi, bahkan sebagai pengendali pikiran.

"Tidak terbukti. Jadi memang sangat lemah (keakuratan informasi soal chemtrail). Baik dari penelitian, referensi, itu lemah sekali bahwa ada bahan kimia yang disebar begitu," ungkap Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri dilansir dari kompas.com, Rabu (16/2).

Ismanto menegaskan, jejak asap putih di langit yang sering terlihat adalah contrail atau jejak kondensasi pesawat terbang yang tercipta karena pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat.

"Kami melihatnya itu adalah fenomena awan yang muncul di belakang pesawat, bentuknya seperti garis. Dan itu biasa terjadi," jelas Ismanto.

Ismanto pun bisa memastikan, bahwa tak pernah ada chemtrail di Indonesia.

"Dari diskusi dan penelitian, memang belum ditemukan. Dari kami tidak menemukan itu (chemtrail untuk senjata). Tidak terbukti," tegasnya.

Akan terlihat perbedaan apabila memang zat kimia dilepaskan dari pesawat.

"Secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna," ungkap Ismanto.

Melansir pemberitaan surya.co.id, teori chemtrail sudah ada sejak tahun 1996. Sama seperti di Indonesia, di berbagai belahan dunia, jejak asap di langit dari pesawat kerap dihubungkan dengan teori chemtrail.

Penganut teori konspirasi di Amerika Serikat, Jeff Rense punya anggapan chemtrail sengaja disemprotkan oleh pemerintah mereka untuk mengendalikan populasi atau dengan kata lain, untuk mengurangi jumlah manusia secara diam-diam.  Ada juga yang menyebut chemtrail merupakan sebuah eksperimen penelitian. Namun lembaga resmi Pemerintah AS yang berkaitan dengan sains dan angkasa menepis keras teori konspirasi tersebut.

Sejumlah pihak dengan tegas membantah teori konspirasi chemtrail.

Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah kerap meluruskan informasi yang beredar mengenai isu chemtrail yang ada di Indonesia. Fenomena jejak putih di langit merupakan contrail yang kerap terjadi ketika pesawat sedang melintas.

“Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud,” ujar Indan mengklarifikasi isu chemtrail di bulan Juli 2021.

Indonesia memang memiliki sejumlah misi penerbangan dengan membawa bahan kimia. Namun misi tersebut tidak terkait dengan penyebaran senjata biologis. Fenomena asap membentang lurus di langit merupakan hasil dari ekor pesawat yang berasap karena adanya proses kondensasi. Proses kondensasi itu yang kemudian menyebabkan pesawat menghasilkan asap putih seperti ekor.