Pemindahan Ibu Kota Baru Menimbulkan Masalah, Brasilia Kacau Balau

Azhar 22 Apr 2022, 10:22
Ibu Kota Brasil, Brasilia. Sumber: Tour by Locals
Ibu Kota Brasil, Brasilia. Sumber: Tour by Locals

RIAU24.COM -  Rio de Janeiro yang sudah menjadi ibu kota Brasil sejak wilayah itu masih dikuasai Portugis (1763) dalam kondisi penuh sesak.

Kemacetan menjadi pemandangan sehari-hari. Pembangunan fisik tidak dapat dilakukan lagi karena lahannya sudah minim dikutip dari tirto.id.

Belum lagi ketimpangan sosial dan ekonomi membesar, tidak hanya di dalam kota, tetapi juga antara Rio dengan daerah lain.

Kondisi seperti itu memunculkan ide untuk mendirikan ibu kota baru yang sudah ada enam dekade sebelum Kubitschek menjadi Presiden Brasil.

Pemerintah Brasil menginginkan lokasi ibu kota baru yang secara geografis berada di tengah-tengah negara.

Lalu dipilihlah lokasi di wilayah pedalaman Brasil yang kemudian diberi nama Brasilia. Dimana, ibu kota ini diproyeksikan sebagai kota impian yang membawa perubahan dan modernitas dan semua kelas dapat hidup berdampingan.

Sayang, usai kongres menyetujui pembangunan pada September 1956 dengan syarat harus rampung dalam 5 tahun, pengerjaan dilakukan tergesa-gesa.

Akibat pembangunan, inflasi meningkat setiap tahunnya yang disertai membengkaknya biaya hidup masyarakat secara keseluruhan.

Setelah rampung pada 21 April 1960, pemerintah Brasil dipandang gagal mewujudkan cita-citanya. Permukiman yang disediakan negara mayoritas dimiliki oleh kelompok kelas menengah ke atas.

Sementara masyarakat menengah ke bawah tetap tidak memiliki kuasa atas hunian yang layak. Brasilia juga tidak membuat pertumbuhan ekonomi Brazil mengalami pemerataan secara signifikan.

Pertumbuhan ekonomi Brazil masih dikuasai oleh negara bagian pesisir di tenggara, seperti Rio de Janeiro, Amazonas, dan Sao Paulo Sedangkan di negara bagian utara atau selatan kondisinya masih terpinggirkan.