KPI STAIN Gelar Seminar, Waka PWI Bengkalis: Mahasiswa/i KPI Harus Kreatif

Dahari 30 Apr 2022, 02:28
Bakhtarudin wakil ketua PWI Bengkalis
Bakhtarudin wakil ketua PWI Bengkalis

RIAU24.COM -BENGKALIS - Sebuah informasi merupakan kebutuhan tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Apakah itu informasi positif maupun negatif, bisa dianggap penting atau tidak tergantung si penerima informasi tersebut. 

Dalam dunia komunikasi, informasi disampaikan seseorang ke seseorang atau banyak orang. Ini semua tergantung situasi. Ada kalanya informasi sudah lama dan tidak lagi menarik, bahkan hampir terlupakan bisa menjadi menarik karena disampaikan dengan kemasan kekinian. 

Agar informasi tersebut menarik dan menjadi perhatian sudah barang tentu dilakukan oleh orang-orang kreatif. Seorang kreator selalu punya ide dan lasak dalam mensiasati keadaan agar tidak membosankan.

Di era generasi Z  (Gen Z) yang disebut juga i-generation atau generasi up to date terhadap isu yang terbesar di media massa atau internet. Komunikasi era ini tidak lagi manual, seperti surat-menyurat pakai kertas, penyiaran (radio), suara dan gambar (televisi). Tapi, sudah digital atau elektronik yang gampang dibawa kemana, seperti laptop dan yang paling digandrungi adalah handphone android. Di handphone android terdapat berbagai aplikasi seperti Twitter, Facebook, Instagram, telegram, dan lain sebagainya.

Melalui aplikasi tersebut, semua orang bisa berinteraksi dengan teman-teman, keluarga dan bahkan dengan orang yang tidak dikenal sekalipun. Aplikasi ini disebut dengan istilah media sosial. 

Miliaran informasi dari seluruh dunia bersileweran 24 jam terus menerus tanpa batas. Ada kalanya informasi tersebut negatif, dan ada juga informasi positif. Bahkan, ada orang yang komunikasinya masuk kategori buruk, seperti selalu menghujat, memprovokasi, dan SARA. Informasi seperti ini masuk katagori negatif dalam tatanan agama, berbangsa dan bernegara. Demikian juga sebaliknya.

Untuk membatasi agar seseorang tidak sesuka hati dalam bermedia sosial. Negara kemudian membuat peraturan, yakni Undangan-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE). 

Terkait informasi, ada  informasi yang baru ada yang lama, dan bahkan hampir terlupakan. Agar informasi yang hampir terlupakan itu menarik kembali tentu perlu ada pembaharuan itulah yang disebut mengemas ulang.

Persoalannya, bagaimana mengemas informasi yang sudah lama dan tak berkenan menjadi menarik pembaca. Mengemas informasi agar menarik pendengar ataupun pembaca menjadi perhatian mahasiswa Program Pendidikan Komunikasi Penyiaran Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (KPI-STAIN) Bengkalis. 

Bersama dengan dosen pengampu, Feryoli Tekwana, M.l. Kom, Kamis (21/4/22) siang, beberapa mahasiswa yang mendirikan event organizer (badan usaha) bernama TUHFAH menggelar seminar Ramadhan Bersama KPI dengan tema ' Kreativitas Pengemasan Informasi pada Media Sosial' dengan menghadirkan narasumber Wakil Ketua PWI Kabupaten Bengkalis, Bakhtaruddin. Seminar digelar di Gedung Al Farabi, STAIN.

Dalam paparannya Bakhtaruddin menyarankan kepada puluhan peserta seminar,  mengemas informasi di media sosial harus berhati-hati, karena rambu-rambu hukum sebagai pembatas. Jika informasi yang akan dikemas tersebut berupa informasi sebuah produk atau bisnis harus dipetakan terlebih dahulu sasarannya. Lain halnya jika informasi yang dikemas hanyalah informasi biasa. Namun demikian, dalam mengemas informasi di media sosial harus dengan bahasa yang sopan dan tidak berbau sara.

Untuk mengemas sebuh informasi produk di media sosial seseorang yang ingin menyampaikan informasi tersebut harus kreatif dan inovatif. Akan lebih tepat sasaran jika melakukan riset sebelum informasi tentang sebuah produk dipublis. 

Menurut Bakhtaruddin, mahasiswa jurusan komunikasi adalah insan-insan yang hebat dan seorang kreator hebat dalam mengemas sebuah informasi. Untuk itu, seorang kreator harus mengedepankan logika (akal dan pikiran) ketimbang emosi atau perasaan. Sebab, emosi muaranya cendrung kurang bagus.

Sedangkan kepada pengelola event organizer TUHFAH, Bakhtaruddin berharap bisa menjadi besar. Paling tidak bisa menjadi tuan di Pulau Bengkalis. Sebab, banyak event di Pulau Bengkalis yang digelar instalasi pemerintah dan swasta EO-nya dari luar. Untuk sampai kearah itu, pengelola TUHFAH harus kreatif dan selalu berupaya mencari dan menggali ide-ide baru. Sebab, sebagai penjual jasa penyelenggara pesta atau kegiatan, TUHFAH harus bisa membuat penggunanya senang.

Ide baru akan muncul jika seseorang itu mau belajar dengan kesuksesan orang lain dan suka membaca buku-buku yang berkaitan dengan bisnis yang digeluti. Jika minat belajar dan minat baca rendah akan sulit seseorang menemukan ide baru. Dengan demikian promosi produknya monoton dan membosankan.

Sekitar satu jam lebih, Bakhtaruddin menyampaikan materi secara lisan. Kemudian acara dilanjutkan dengan door prize. Seminar ditutup dengan ceramah agama dan doa yang disampaikan mantan pejabat teras di Pemda Bengkalis, Imam Hakim yang saat ini mengabdi di Kementerian Agama. Usai doa, acara dilanjutkan buka puasa bersama.