Bersiap! Jokowi Sebut 42 Negara di Dunia Sudah Diambang Kehancuran, Bagaimana Indonesia?

Amastya 22 Jun 2022, 08:53
Presiden Indonesia, Jokowi/businesstimes
Presiden Indonesia, Jokowi/businesstimes

RIAU24.COM - Presiden Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi menghadiri acara Rakernas PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung pada Selasa kemarin (21/6/2022).

Pada acara tersebut Jokowi diberi kesempatan untuk menyampaikan kata sambutan sebagai kader partai.

Disela-sela kata sambutannya, orang nomor satu di Indonesia itu memperingatkan untuk bersiap dan waspada karena kondisi global yang saat ini sedang kritis.

Jokowi mengatakan bahwa ada 60 negara di dunia yang akan ambruk dan 42 negara dari angka tersebut sudah diambang batas kehancuran.

Ia mengatakan krisis global tersebut merupakan dampak dari pandemi dan krisis ekonomi. Lebih lanjut, data yang disampaikannya merupakan informasi dari perhitungan Bank Dunia, IMF dan PBB.

"Angka-angkanya saya diberi tahu, ngeri kita. Bank dunia menyampaikan, IMF menyampaikan, UN PBB menyampaikan. Terakhir baru kemarin, saya mendapatkan informasi, 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana," ujar Jokowi dikutip dari Kompas.com.

Kemudian, Jokowi melanjutkan akan sulit untuk membantu 42 negara tersebut karena jumlahnya yang tidak memungkinkan. 

"Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42. Mungkin kalau 1,2,3 negara krisis bisa dibantu mungkin dari lembaga-lembaga internasional. Tapi kalau sudah 42 nanti betul dan mencapai bisa 60 betul, kita ga ngerti apa yang harus kita lakukan," jelasnya.

Oleh karena itu, Jokowi memberi peringatan kepada Indonesia untuk bersiap, berjaga-jaga, waspada, dan berhati-hati karena ia menekankan bahwa saat ini Indonesia tidak berada pada posisi yang aman.

Jokowi mengingatkan, begitu krisis keuangan masuk ke krisis pangan, lebih lanjut akan ke arah krisis energi yang mana kondisi akan semakin mengerikan. 

"Saya kira kita tahu semuanya. Udah 1,2,3 negara mengalami itu. Tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli BBM, tidak bisa beli pangan, tidak bisa impor pangan karena pangannya, energinya, impor semuanya," ujar Jokowi. 

"Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi. Karena debt ratio-nya terlalu tinggi," lanjutnya. 

Lebih lanjut presiden mengingatkan masyarakat Indonesia agar selalu bersiap, terlebih saat ini pemerintah masih mensubsidi sejumlah komoditas.

Seperti hal nya bensin jenis Pertalite dengan harga jual Rp 7.650 per liter dan Pertamax seharga Rp 12.000 per liter. 

"Hati-hati ini bukan harga sebenernya lho. Ini adalah harga yang kita subsidi. Dan subsidinya besar sekali. Saya berikan perbandingan saja Singapura harga bensin sudah Rp 31.000, di Jerman harga bensin juga sudah sama Rp 31.000, di Thailand sudah Rp 20.000," ungkap Jokowi. 

"Tetapi ini yang harus kita ingat, subsidi kita ke sini itu bukan besar, besar sekali. Bisa dipakai untuk membangun ibu kota satu. Karena angkanya sudah Rp 502 T. Ini semua yang kita harus mengerti," tegasnya.