Minta Tarif Batas Atas Tiket Pesawat Dinaikkan, Lion Air: Kami Sulit Dapat Untung

Amastya 30 Jun 2022, 11:05
Lion Air /net
Lion Air /net

RIAU24.COM - Pihak Lion Air mengaku kesulitan mendapatkan untung meskipun pesawat terisi penuh oleh penumpang.

Keluhan dari Lion Air ini disebabkan akibat lonjakan harga bahan bakar avtur yang sedang melambung tinggi.

Daniel Putut Kuncoro Adi selaku President Director of Lion Air Group secara langsung menyampaikan keluhannya dihadapan Komisi V DPR RI pada Selasa (28/6/2022) terkait kendala-kendala yang dihadapi perusahaan, sehingga kesulitan mendapatkan keuntungan di masa pandemi.

Keluhan tersebut berujung dengan permintaan ke Kementerian Perhubungan ((Kemenhub)) untuk menaikkan Tarif Batas Atas ((TBA)) tiket pesawat, terutama di rute-rute tertentu agar maskapai bisa mendapatkan keuntungan.

"Kami coba untuk patuh kepada regulasi, bahkan rute-rute yang memang di-(TBA)-nya kami tidak bisa untung 100 persen. Kalau ini kami dipaksakan untuk bisa mengikuti TBA, otomatis kami mungkin sama dengan yang lainnya, tidak sanggup untuk menjalankan rute tersebut," ujarnya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, Selasa (28/6/2022) dikutip dari kompas.com.

Kemudian, Daniel juga meminta regulator untuk memasukkan biaya perawatan dan sparepart pesawat sebagai unsur tambahan penentu tarif tiket pesawat dan merevisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2019.

"PM 20 tahun 2019 dikeluarkan saat sebelum pandemi di 2020 sehingga banyak sekali revisi atau paling tidak di-review yang harus dilakukan sehingga paling tidak cost operational pesawat itu bisa kita readjust. Karena memang alat utama bisnis penerbangan adalah pesawat sehingga komponen-komponen ini yang memang harus kita sama-sama pertimbangkan khususnya dengan stakeholder," jelasnya.

Lebih lanjut ia menyebutkan, apabila kedua hal tersebut tidak diubah oleh pemerintah, maka maskapai akan mengurangi rute-rute yang tidak menguntungkan perusahaan.

"Jika ini tidak terpenuhi maka kita tidak bisa menjalankan rute tersebut. Bali-Lombok juga sangat rawan karena memang dari sisi flight time-nya sudah berubah. Ini kalau tidak bisa di-review kembali, bahkan bukan kita saja tapi operator penerbangan lainnya juga tidak mau atau tidak sanggup untuk menjalankan,"tambahnya.