Mengenal Frans Kaisiepo, Pahlawan Nasional Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Tanah Papua

Zuratul 12 Aug 2022, 11:14
Potret Pahlawan Indonesia asal Papua, Frans Kaisiepo pengibar bendera pertama di tanah Papua, yang di dedikasikan pda mata uang Rp10.000 rupiah/papuanews.org
Potret Pahlawan Indonesia asal Papua, Frans Kaisiepo pengibar bendera pertama di tanah Papua, yang di dedikasikan pda mata uang Rp10.000 rupiah/papuanews.org

RIAU24.COM - Mungki kita tidak asing lagi dengan nama dan wajah dari pahlawan nasional yang satu ini. Muka yang sering kita lihat di uang kertas nominal Rp 10.00 itu bernama Frans Kaiseipo. 

Frans Kaisiepo yang lahir pada tanggal 10 Oktober 1921 di Biak, Papua, merupakan orang yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih di tanah Papua. Untuk lebih jelasnya, Riau24 akan mengulas kisah Frans seperti dibawah ini, yang dikutip dari akun instagram @kamarjeri_official, pada KAmis (11/8/2022).  

Ayahnya adalah seprang kepala suku Biak Numfor yang juga seorang pandai besi. ibunya meninggal ketika Frans masih berusia dua tahun. Frans kemudian dititipkan pada bibinya sehingga ia tumbuh besar bersama sepupunya, Markus. 

Meskipun Frans tumbuh besar di kampung Wardo di pedalaman Biak, tapi ia beruntung dapat menempuh pendidikan dengan sistem Belanda, pada tahun 1928-1931. 

Frans bersekolah di Sekolah Rakyat. Kemudian ia melanjutkan ke LVVS di Korido hingga tahun 1934, lalu melanjutkan ke Sekolah Guru Normalis di Manokwari. 

Setelah lulus, Frans Kaisiepo sempat mengikuti kursus kilat Sekolah Pamong Praja di Kota Nica (sekarang kampung Harapan Jaya), Papua selama bulan Maret hingga Agustus 1945. 

Di sekolah tersebut, Frans diajar oleh Seogoro Atmoprasodjo, seorang guru dari jawa yang sangat dipercaya oleh Belanda tapi justru mengajarkan nasionalisme pada murid-muridnya. 

Seogoro Atmoprasodjo adala aktivis Partai Indonesia (Partindo) dan guru Taman Siswa bentukan Ki Hadjar Dewantara. Pada tahun 1935 Seogoro dibuang ke Boven Dogoel, Papua karena dituduh terlibat pemberontakan terhadap Belanda

Ajaran dari Seogoro makin enambah kecintaan Frans pada Indonesia. Dari Seogorolah, Frans dan teman-teman sekolahnya mengenal lagu Indonesia Raya, jauh sebelum gerakan Papua Merdeka Muncul. 

Pada tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, sebuah konferensi yang bertujuan untuk membentuk negara-negara bagian Republik Indonesia Serikat yang dilaksanakan di Kota Malino, Sulawesi Selatan. Konfereni tersebut dikenal dengan nama Konferensi Malino. 

Frans Kaisiepo ikut menghadiri konferensi tersebut sebagai wakil Papua. Pada konferensi tersebut, ia menentang keras niat Belanda yang ingin menggabungkan Papua dengan Maluku dan memasukkan Papua ke Negara Indonesia Timur (NIT). 

Pada akhirnya, Negara Indonesia Timur hanya terdiri dari Maluku, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, sedangkan Papua tidak jadi dimerdekakan. Wilayah itu tetap dalam cengkeraman kekuasaan Belanda dan di beri nama Hollandia. 
(***)