Media Iran Sebut Sosok Pemberani yang Tikam Salman Rushdie

Zuratul 14 Aug 2022, 09:58
Potret Tragedi Penikaman OTK terhadap Penulis Buku ‘Ayat-ayat Setan’ Salman Rushdie/CNN
Potret Tragedi Penikaman OTK terhadap Penulis Buku ‘Ayat-ayat Setan’ Salman Rushdie/CNN

RIAU24.COM Media Iranmenyanjung penyerang novelis Salman Rushdiedengan menyebutnya sebagai sosok pemberani.

Mereka juga menyebutnya sebagai pria yang sadar akan kewajibannya.

Rushdie diserang dan ditusuk berkali-kali pada Jumat (12/8/2022) pada sebuah acara di New York, Amnerika Serikat (AS).

Akibat serangan tersebut, Rushdie harus dirawat dengan ventilator dan terancam kehilangan penglihatannya.

Media Iran Ultra-Konservatif, Kayhan pada Sabtu (13/8/2022) melontarkan pujiannya karena telah menyerang sosok yang diberikan fatwa mati oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989 lalu itu.

“Bravo untuk pria yang pemberani dan juga sadar akan kewajibannya, yang menyerang Salman Rushdie yang murtad dan bejat di New York,” bunyi tulisan surat kabar tersebut, dikutip dari Channel News Asia.

“Biarkan kami mencium tangan dari seseorang yang merusak leher dari musuh Tuhan dengan pisau,” tambah media tersebut. Hampir semua media Iran menggambarkan Rushdie, yang berusia 75 tahun, sebagai sosok yang murtad, dikutip dari Kompastv. 

Surat kabar milik negara Iran juga mengatakan bahwa “leher iblis telah dipotong dengan pisau cukur”, untuk menggambarkan yang terjadi pada Rushdie.

Sementara itu, pihak Iran belum membuat komentar resmi terkait serangan penusukan terhadap Rushdie.

Rushdie mendapat kecaman dari dunia Islam setelah novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Setan” dianggap telah menghina Nabi Muhammad.

Hal itu pun berujung pada fatwa yang memerintahkan agar Rusdie dibunuh, yang dikeluarkan oleh Khomeini.

Rushdie sendiri kemudian memilih bersembunyi dan dilindungi oleh Pemerintah Inggris.

Iran sendiri kemudian pada 1998 di bawah presiden reformis Mohammad Khatami, memastikan bahwa fatwa itu tak akan diimplementasikan.

Namun, diyakini banyak organisasi dan kelompok di Iran yang masih mempertahankan fatwa untuk membunuh Rushdie.

(***)